"Seekor kerang mutiara akan menjadi kerang yang tak memiliki nilai apa pun bila tak ada mutiara di dalam cangkangnya. Tahukah bagaimana caranya seekor kerang dapat menghasilkan sebutir mutiara yang indah? Di dalam cangkangnya yang keras dipaksakan masuk sebuah benda asing untuk mengganggunya. Bagi sang kerang, benda asing itu menyebabkan iritasi dan rasa sakit. Begitu pula musibah yang menimpa manusia, semakin berat musibah yang menimpanya kelak akan menghasilkan mutiara yang semakin besar dan indah pula. Kesabaran itu pahit untuk dikecap tapi kelak akan membuahkan keindahan yang tak ternilai."

Arti Ikhlas

>> Rabu, 05 Agustus 2009

Ikhlas
apakah Anda sudah melakukan Ikhlas dengan benar?

Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif yang diambil dari kata kerja intransitif khalasha (خَلصَ) dengan menambahkan satu huruf ‘alif (أ). Bentuk mudhâri‘ (saat ini) dari akhlasha (اَخْلَصَ) adalah yukhlishu (يُخْلِصُ) dan bentuk mashdarnya yaitu ikhlash (إِخْلاص). Kata tersebut berarti, murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan syariat yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Perbuatan ikhlas dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan untuk menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Amal perbuatan syariat pun terbagi menjadi 2, yaitu usaha lahiriah dan batiniah (doa). Hingga jelaslah perbedaan antara ikhlas dan ridho. Kalau ikhlas harus dimulai dengan amal perbuatan syariat seperti membantu, berusaha, berdoa, dan lainnya sedangkan ridho adalah rela menerima qodha-qodhar dan meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya. Ikhlas bersifat Aktif dengan melakukan perbuatan ditujukan kepada Allah, secara lahiriah dan batiniah.

Sebuah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas namun perbuatan tersebut tidak menepati kebenaran, maka amal perbuatan tersebut tidak diterima. Sebaliknya pula bila menepati kebenaran, namun dilakukan dengan tidak ikhlas maka amal tersebut pun memiliki kecacatan. Apa yang dimaksud dengan menepati kebenaran adalah dengan mengikuti Al Qur’an dan sunnah. Ikhlas sebaiknya dilakukan dengan berusaha secara lahiriah dan batiniah secara bersamaan. Usaha lahiriah adalah berusaha dengan sungguh-sungguh secara ikhlas, sedangkan usaha batiniah adalah berdoa dengan sungguh-sunguh secara ikhlas pula. Bila hanya usaha lahiriah atau usaha batiniah saja yang dilaksanakan, maka terdapat ketimpangan.

Lawan dari ikhlas dalah riya’ yaitu melakukan amal perbuatan dengan tujuan agar dilihat orang dan mengharapkan pujian atau balasan dari orang lain. Riya’ berasal dari kata ro’a (رَأى) yang berarti melihat, atau mengatur sesuatu agar dilihat orang.



Usaha lahiriah: berusaha dengan sungguh-sungguh secara ikhlas

Setelah menempuh tahapan ridho dalam qodha dan qodar-Nya, kita juga harus dapat memperbaiki diri kita sebaik-baiknya dalam menghadapi cobaan. Bila cobaan tersebut berupa musibah kematian sanak saudara, maka kita wajib ridho akan ketetapan Allah, bertakziah kepada keluarga yang sedang dirindung duka dan membantu semampunya.

“Apabila meninggal anak seorang hamba, maka Allah SWT berkata kepada malaikat: Apakah kamu telah mencabut roh putra hambaKu. Jawabnya: Ya. Apakah kamu telah mengambil buah hatinya ? Jawabnya: Ya, benar. Maka Allah berkata: “Lalu apa yang diucapkan oleh hambaKu?. Malaikat berkata: “Dia memuji-Mu dan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Maka Allah SWT berkata: “Bangunkan untuk hambaKu tersebut sebuah rumah di surga dan beri nama tempat itu Baitul Hamdi”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan)

Bila cobaan tersebut adalah kemaksiatan yang berada di diri kita, maka harus berusaha untuk memperbaikinya menuju aturan syariat yang lurus. Bila cobaan tersebut adalah menurunnya hasil usaha kita, maka cobalah lebih pintar mencari penyebabnya kemudian mencoba mengatasi masalah tersebut. Bila cobaan tersebut berupa musibah kehilangan pekerjaan, maka kita harus tetap berusaha dengan jalan apapun asalkan halal. Bila telah mendaftar pekerjaan tapi tidak diterima, kita masih bisa berwiraswasta dengan atau berjualan. Bila tidak ada modal untuk memulai usaha, maka mulailah usaha dengan modal yang paling kecil. Sebenarnya hal yang merintangi kita dalam usaha bukanlah modal, tapi kemauan dan gengsi dari dalam diri kita sendiri. Hal itulah yang harus kita perangi. Sesungguhnya kemenangan bukan terletak pada hasil materi yang berhasil kita peroleh, namun kemenangan adalah bila kita dapat mengalahkan diri kita, memasung iblis di dalam hati, dan berjuang atau berusaha secara lahir dan batin.

Usaha batiniah: berdoa dengan sungguh-sungguh secara ikhlas

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). (Q.S.27/ An Naml:62)

“Do'a adalah otaknya (sumsum/inti nya) ibadah.(HR. Tirmidzi)”

“Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya'la)”

Setelah berusaha sebaik-baiknya, maka hal tersebut akan sia-sia bila kita tidak berdoa dengan sungguh-sungguh. Janganlah kita takabur dengan mengatakan bahwa kita layak mendapatkan sesuatu atas jerih payah kita sendiri. Karena yang menentukan semuanya adalah Allah Azza wa Jalla.

“Rasulullah saw. berkata: Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan kepada salah-satu kekayaan surga yang tersimpan? Aku menjawab: Tentu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Yaitu ucapan: ‘laa haula wa laa quwata illa billah’ (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berkat bantuan Allah). (Shahih Muslim No.4873)”

Bagaimanapun gigihnya usaha kita hingga akhirnya mencapai keberhasilan, semata-mata berkat Allah SWT. Dan Allah berhak menambah, menetapkan, bahkan mengurangi rezeki kita di dunia semata-mata untuk kebaikan diri kita sendiri. Ilmu Allah tak terbatas dibanding logika sempit manusia, yang mengatakan bahwa semakin “banyak rezeki akan semakin baik”, karena bisa saja dibalik rezeki yang berlimpah di dunia justru akan menghambat jalan kita di akhirat kita kelak.

Berdoa yang utama dilakukan adalah berdoa setelah shalat wajib maupun shalat sunnah. Kemudian doa pada waktu-waktu tertentu.

“Rasulullah SAW ditanya, "Pada waktu apa do'a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam)." (Mashabih Assunnah)”

Read more...

Arti Ridho

Ridho
kata yang gampang untuk diucapkan namun susah untuk dipraktekkan


Ridho Terkadang ridho disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda. Ridho (رِضً) berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Perilaku yang ditampakkan oleh seorang hamba yang ridho adalah ia tidak membenci apa yang terjadi menimpa dirinya, sehingga terjadi atau tidak terjadi adalah sama saja baginya.

Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepada-Nya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.

Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ridho terhadap takdir Allah terbagi menjadi tiga macam:
1. Wajib direlakan, yaitu kewajiban syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam dan segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Seluruh perintah-Nya haruslah mutlak dilaksanakan dan seluruh larangan-Nya haruslah dijauhkan tanpa ada perasaan bimbang sedikitpun. Yakinlah bahwa seluruhnya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat-Nya.
2. Disunnahkan untuk direlakan, yaitu musibah berupa bencana. Para ulama mengatakan ridho kepada musibah berupa bencana tidak wajib untuk direlakan namun jauh lebih baik untuk direlakan, sesuai dengan tingkan keridhoan seorang hamba. Namun rela atau tidak, mereka wajib bersabar karenanya. Manusia bisa saja tidak rela terhadap sebuah musibah buruk yang terjadi, tapi wajib bersabar agar tidak menyalahi syariat. Perbuatan putus asa, hingga marah kepada Yang Maha Pencipta adalah hal-hal yang sangat diharamkan oleh syariat.
3. Haram direlakan, yaitu perbuatan maksiat. Sekalipun hal tersebut terjadi atas qodha Allah, namun perbuatan tersebut wajib tidak direlakan dan wajib untuk dihilangkan. Sebagaimana para nabi terdahulu berjuang menghilangkan kemaksiatan dan kemungkaran di muka bumi.



Bila ditimpa musibah, janganlah kita mengucapkan “celaka!”, atau seruan kasar lainnya. Atau bahkan lebih buruk lagi bila kita memukul-mukulkan anggota tubuh atau mencoba untuk menyakiti diri sendiri.

“Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi kematian mayit seraya mengharap-harap celaka).” Menampar pipi atau menyakiti diri sendiri saat terjadi musibah adalah perbuatan yang dilarang, apalagi bila sampai melakukan bunuh diri. Na’udzubillah mindzalik.
Bila seorang muslim ditimpa suatu musibah atau bencana, ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dan janganlah berkata, "oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)

Klik disini bila Anda ingin membaca mengenai perilaku terpuji dari Syekh Abdul Hannan asal Jawa-Timur, mengenai sikap ridho, ikhlas, dan sabar
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Menjadi kaya dan bahagia

>> Minggu, 02 Agustus 2009


Cara Menjadi Kaya dan Bahagia dalam 5 menit


Pernahkah Anda mendengar peribahasa asing yang berbunyi: In the valley of the blind, One eyed man is the king ?

Artinya adalah: orang yang hanya memiliki 1 buah mata adalah raja di sebuah desa yang seluruh penduduknya buta. Inilah konsep kebahagiaan. Memang, orang yang hanya memiliki 1 buah mata akan dianggap cacat bagi orang yang memiliki mata normal sepasang. Tapi bagi orang yang buta atau tidak memiliki mata sama sekali, maka orang yang hanya memiliki mata sebelah dianggap spesial karena memiliki apa yang tidak mereka miliki.


Demikian pula dengan kebahagiaan. Kita tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan selama kita selalu memandang ke atas.

Memang orang yang hanya memiliki mata sebuah,akan merasa memiliki kelebihan dibanding orang yang buta. Tapi bila ia berada pada penduduk yang semuanya bermata normal sepasang, maka ia hanyalah orang yang dianggap cacat karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Tak butuh waktu lama bagi si mata satu untuk merasa sedih dan tidak bahagia bila berada di lingkungan orang yang bermata normal sepasang.

Dengan memandang kebawah, kita jadi semakin mensyukuri terhadap apa yang kita miliki. Sedangkan melihat keatas kita justru menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Kemudian apakah arti kaya ? Kaya menurut bahasa Arab adalah ghaniyyu, yaitu arti sesungguhnya adalah tidak menginginkan apapun selain yang kita miliki. Jadi, walaupun kita memiliki seluruh kekayaan di dunia, selama kita masih menginginkan rembulan, maka kita kembali menjadi fakir. Hal ini karena kita tetap saja menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Menjadi kaya dan bahagia tidak selalu berhubungan dengan berhasilnya mendapatkan harta, benda, maupun karunia yang sebanyak-banyaknya. Menjadi kaya dan bahagia adalah proses menata hati kita sendiri menuju jalan yang diridhoi oleh Allah Azza wa Jalla, yaitu dengan mensyukuri apa yang kita miliki dan tidak menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Seandainya anak cucu Adam mempunyai dua lembah harta, tentu ia masih menginginkan yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut anak cucu Adam hanyalah tanah. Dan Allah menerima tobat orang yang mau bertobat.

Hadis riwayat Abu Hurairah ra:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Ketika seseorang dari kalian memandang orang yang melebihi dirinya dalam harta dan anak, maka hendaknya ia juga memandang orang yang lebih rendah darinya, yaitu dari apa yang telah dilebihkan kepadanya

Hadis riwayat Abu Hurairah ra:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tapi, kaya itu adalah kaya hati.

Setelah Anda selesai membaca tulisan ini selama 5 menit, kini Anda dapat mempraktekannya alam hidup Anda sehingga menjadi lebih kaya dan lebih bahagia. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)


Read more...

Bencana yang tiada akhirnya


KAPANKAH BENCANA INI AKAN BERAKHIR ?


Pernahkah Anda jatuh ke tempat yang paling dalam hingga Anda sendiri tak yakin dapat bangkit kembali ? Pernahkah Anda kecewa karena semua orang terdekat pergi meninggalkan di saat Anda sedang berada dalam kemalangan? Pernahkah Anda marah karena teman-teman Anda hanya hadir di saat suka? Di saat Anda tertimpa bencana, mereka justru menganggap Anda menderita penyakit yang menular dan menceritakan keburukan-keburukan Anda di belakang? Pernahkah Anda merasa sendiri, kedinginan, dan ketakutan, bagaikan bayi telanjang yang rindu akan dekapan hangat orang tuanya? Pernahkah Anda tidur meringkuk di pojok ruangan sambil menangis dan tak yakin dapat menghadapi hari esok? Pernahkah Anda selalu berdoa namun dunia seakan terus menekan dada Anda hingga terasa sesak kehabisan nafas? Di saat itulah titik terendah dalam hidup Anda, sekaligus dapat menjadi titik balik dari keimanan Anda.

Hal-hal seperti itulah yang pernah penulis alami saat mengalami musibah yang teramat berat.

Tapi cobalah lihat bagaimana Allah menciptakan alam di sekeliling kita. Perhatikan bagaimana matahari selalu mengitari bumi dan malam menggantikan siang. Mereka selalu tepat waktu. Allah selalu tepat waktu. Malam akan digantikan oleh siang, demikian pula musibah pun selalu ada akhirnya.

Bagaimana mungkin kita memohon munculnya Matahari disaat malam tiba? Atau memohon munculnya Rembulan di saat Matahari sedang tinggi-tinginya? Bagaimana mungkin Allah mengabulkan doa yang tidak sesuai dengan ketetapan-Nya?

Setiap kejadian selalu ada waktunya, dan musibah selalu ada akhirnya. Semuanya akan datang dan berakhir di waktu yang tepat. Tidak dapat dimajukan atau dimundurkan sebagaimana malam akan digantikan oleh siang.

Kita sering terbuai oleh berbagai cerita indah di media cetak ataupun elektronik tentang seseorang yang mengalami musibah kemudian mendapatkan mukjizat sehingga musibahnya segera berakhir dengan cepat. Bahkan dalam hitungan menit. Kemudian kita pun berharap mukjizat tersebut menjadi kenyataan kepada diri kita. Lalu kita berdoa agar semua kesulitan kita diangkat secepatnya. Namun apa yang terjadi bila Allah menangguhkan doa kita? apakah kita merasa kecewa kepada-Nya?

Bila memang sudah takdirnya musibah itu berakhir maka tentu akan berakhir. Sebagaimana fajar akan menggantikan malam. Bila belum saatnya, maka kita tak dapat memajukannya atau memundurkannya. Sebagaimana kita memohon rembulan di saat matahari sedang berada di tinggi langit. Adalah sifat manusia yang menginginkan segala sesuatu terjadi dengan cepat dengan tergesa-gesa. Sebagaimana kita menghendaki harta besar dengan waktu yang cepat, dan musibah berupa kesulitan untuk berakhir dengan cepat pula.

Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Q.S.17/ Al Israa’: 11)

Mukjizat sesungguhnya terjadi bila kita tetap bersabar kepada Allah SWT. (lihat Kaizen Sabar). Bila hari ini belum dikabulkan, teruslah berusaha, bersabar, dan berdoa. Bila minggu ini belum dikabulkan, bila bulan depan belum dikabulkan, bila tahun depan belum dikabulkan, teruslah berusaha hingga kau berhasil. Keberhasilan yang sesungguhnya bukan terletak pada seberapa besar harta atau keinginan yang dapat kau raih. Namun keberhasilan yang sesungguhnya adalah bila kita berhasil mengalahkan diri kita sendiri dan berjuang hanya dan karena Allah SWT. Berjuanglah untuk membuktikan bahwa Anda dapat lulus dari ujian-Nya, berjuanglah untuk membuktikan bahwa Anda tidak putus asa untuk selalu mengharap Ridho-Nya.

Janganlah merasa bosan untuk berjuang, berdoa dan bersabar. Sehari, seminggu, sebulan, setahun, sampai maut memisahkan raga kita. Jangan pernah salahkan Allah bila Dia menunda doamu. Karena walaupun Anda tidak mendapatkan balasan di dunia atas apa yang Anda minta dalam doa, Anda tetap tidak akan rugi. Selalu ingatlah atas pahala bagi Anda di akhirat atas doa-doa yang tidak dikabulkan di dunia, insya Allah Anda akan merasa terhibur. Ingatlah atas keabadian di surga dan kefanaan di dunia. Ingatlah bahwa dunia selalu menjadi penjara bagi kaum mukmin dan surga bagi si kafir. Dunia adalah tempat dimana Anda tak dapat memilikinya. Dunia penuh tipu daya dan hanya permainan belaka.(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hot Info !!!

Dapatkan Buku ini secara gratis dengan tanda tangan pengarang eksklusif untuk Anda !!!

Caranya: Silahkan Curhat tentang musibah yang sedang menimpa Anda atau teman Anda di Buku Tamu tepat di samping kanan. Kemudian sebutkan alasan mengapa Anda layak mendapatkan buku ini.

Pengirim terbaik akan mendapatkan Buku Gratis "Mutiara Dibalik Musibah, Perjalanan Mencari Cinta yang Hanya untuk Allah".

Tanya Mbah Gugel

Buku tamu: Testimonial dan Curhat di sini

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP