"Seekor kerang mutiara akan menjadi kerang yang tak memiliki nilai apa pun bila tak ada mutiara di dalam cangkangnya. Tahukah bagaimana caranya seekor kerang dapat menghasilkan sebutir mutiara yang indah? Di dalam cangkangnya yang keras dipaksakan masuk sebuah benda asing untuk mengganggunya. Bagi sang kerang, benda asing itu menyebabkan iritasi dan rasa sakit. Begitu pula musibah yang menimpa manusia, semakin berat musibah yang menimpanya kelak akan menghasilkan mutiara yang semakin besar dan indah pula. Kesabaran itu pahit untuk dikecap tapi kelak akan membuahkan keindahan yang tak ternilai."

Kesalahan Bila Surga Dan Neraka Tak Pernah Ada

>> Kamis, 13 Agustus 2009

Ikhlas menurut pandangan sufi: “Bila Surga dan Neraka tak pernah ada” 
Beberapa tokoh sufi mencoba memisahkan makna ibadah antara cinta (mahabbah), harapan (raja’), dan takut (khauf). Menurut mereka ibadah haruslah mengedepankan cinta (mahabbah) saja kepada Allah. Memiliki harapan akan surga dan takut karena neraka dinilai oleh para tokoh sufi tersebut mengotori dari keikhlasan dalam beribadah. Bahkan sering kita mendengar, bila surga dan neraka tak pernah ada, apakah kita masih melakukan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Apakah kita berdosa bila menghendaki surga dan takut akan neraka? Apakah ibadah akan memiliki kecacatan bila kita mengharapkan pahala dari ibadah kita? Ujung-ujungnya adalah apakah kita masih dapat disebut ikhlas bila kita masih mengharapkan surga dan takut akan neraka ?

Jawabannya adalah dengan mencontoh junjungan kita Rasulullah SAW dalam berdoa
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Al-Bukhari 2/102 dan Muslim 1/412. Lafazh hadits ini dalam riwayat Muslim.)

“Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Hidup, wahai Tuhan yang mengurusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka.” (HR. Seluruh penyusun As-Sunan. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/329.)
Jelaslah bahwa Rasulullah mengajarkan kepada kita dalam beribadah selain mengedepankan cinta (mahabbah) namun tetap mengharapkan (raja’) surga, dan takut (khauf) agar dijauhkan dari siksa api neraka. Ketiganya (cinta, harapan, dan takut) tidak bisa dipisahkan dan dipilah-pilah dalam ibadah.

Seseorang yang memiliki rasa cinta yang tinggi kepada Allah akan melakukan seluruh syariat dengan hati yang ringan disertai luapan kalbu sebagai bukti akan kecintaannya kepada Allah. Seorang pecinta akan berhias dan berwangi dalam shalatnya melebihi pertemuan dengan orang yang paling ia cintai. Ia selalu menanti-nanti waktu shalat selanjutnya. Ia tetap memiliki pengharapan akan surga, karena hanya di surga kelak dia akan dapat memandang wajah Kekasihnya. Ia takut berada di neraka karena tak mungkin ia dapat hidup selama sedetikpun di sana. Neraka adalah tempat bagi umat yang banyak melanggar larangan-Nya, dan bukan tempat bagi umat yang mencintai Rabbnya dan selalu setia menjalankan syariat-Nya.
Tokoh sufi perempuan yang sangat dihormati seperti Rabiatul Adawiyah yang mengembangkan konsep cinta kepada Rabb, sering menangis karena Allah. Saat orang-orang bertanya kepadanya mengapa ia menangis, Rabiatul Adawiyah menjawab, “Aku takut Allah akan berkata kepadaku disaat menghembus nafas terakhir : jauhkan dia dariKu karena dia tak layak berada di majlis-Ku”.

Lantas dimanakah tempat yang layak agar kelak kita dapat memandang Dzat-Nya yang indah kalau bukan di Surga-Nya? Dimanakah tempat yang tidak layak bagi Allah untuk menampakkan Dzat-Nya selain di Neraka ?

Memisah-misahkan antara cinta (mahabbah), harapan (raja’), dan takut (khauf), terkadang kita perlukan untuk meningkatkan kesadaran rasa cinta kita kepada Allah jalla wa a’la. Terkadang kita membutuhkan syair-syair indah untuk meningkatkan kecintaan kepada Allah. Seperti kalimat: “Bila Surga dan Neraka tak pernah ada, apakah kita masih melakukan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya?”

Kalimat-kalimat indah tersebut berfungsi semacam shock terapi cinta kita kepada Tuhan yang wajib kita cintai melebihi apapun. Kalimat tersebut dapat mengingatkan kita bahwa konsep cinta (mahabah) pun penting dalam ibadah, bukan hanya harapan akan pahala dan rasa takut akan Neraka saja. Namun dalam beribadah yang lengkap dan sempurna, ketiga konsep, yaitu: cinta (mahabbah), harapan (raja’), dan takut (khauf) tidak dapat dipisahkan. Jadi janganlah merasa ragu apakah amal ibadah kita masih bisa dikatagorikan ikhlas bila masih memiliki harapan akan surga dan rasa takut akan azab-Nya. Lengkapilah ibadah dengan cinta, harapan, dan rasa takut. 

Beribadah tanpa cinta akan membuat ibadah Anda seperti “ibadahnya pedagang”, hanya mencari untung dan menjauhi kerugian. Ciri “ibadah pedagang”adalah bila keinginannya tak terpenuhi ia segera kecewa dan menganggap Tuhan tidak adil. 

Beribadah dengan rasa takut saja (khauf) akan membuat Anda menjadi khawarij, yang beberapa sifatnya adalah: buruk sangka, mencela kaum muslim dengan sebutan kafir, berlebihan dalam ibadah, dan sesat sebagaimana pelaku pengeboman bunuh diri di Indonesia. 

Beribadah dengan harapan (raja’) saja, akan membuat Anda menjadi murji’ah, yang berpendapat bahwa iman cukup di hati saja bukan perbuatan (shalat, zakat, dan lainnya).
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)


Read more...

Arti Ikhlas

>> Rabu, 05 Agustus 2009

Ikhlas
apakah Anda sudah melakukan Ikhlas dengan benar?

Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif yang diambil dari kata kerja intransitif khalasha (خَلصَ) dengan menambahkan satu huruf ‘alif (أ). Bentuk mudhâri‘ (saat ini) dari akhlasha (اَخْلَصَ) adalah yukhlishu (يُخْلِصُ) dan bentuk mashdarnya yaitu ikhlash (إِخْلاص). Kata tersebut berarti, murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan syariat yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Perbuatan ikhlas dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan untuk menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Amal perbuatan syariat pun terbagi menjadi 2, yaitu usaha lahiriah dan batiniah (doa). Hingga jelaslah perbedaan antara ikhlas dan ridho. Kalau ikhlas harus dimulai dengan amal perbuatan syariat seperti membantu, berusaha, berdoa, dan lainnya sedangkan ridho adalah rela menerima qodha-qodhar dan meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya. Ikhlas bersifat Aktif dengan melakukan perbuatan ditujukan kepada Allah, secara lahiriah dan batiniah.

Sebuah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas namun perbuatan tersebut tidak menepati kebenaran, maka amal perbuatan tersebut tidak diterima. Sebaliknya pula bila menepati kebenaran, namun dilakukan dengan tidak ikhlas maka amal tersebut pun memiliki kecacatan. Apa yang dimaksud dengan menepati kebenaran adalah dengan mengikuti Al Qur’an dan sunnah. Ikhlas sebaiknya dilakukan dengan berusaha secara lahiriah dan batiniah secara bersamaan. Usaha lahiriah adalah berusaha dengan sungguh-sungguh secara ikhlas, sedangkan usaha batiniah adalah berdoa dengan sungguh-sunguh secara ikhlas pula. Bila hanya usaha lahiriah atau usaha batiniah saja yang dilaksanakan, maka terdapat ketimpangan.

Lawan dari ikhlas dalah riya’ yaitu melakukan amal perbuatan dengan tujuan agar dilihat orang dan mengharapkan pujian atau balasan dari orang lain. Riya’ berasal dari kata ro’a (رَأى) yang berarti melihat, atau mengatur sesuatu agar dilihat orang.



Usaha lahiriah: berusaha dengan sungguh-sungguh secara ikhlas

Setelah menempuh tahapan ridho dalam qodha dan qodar-Nya, kita juga harus dapat memperbaiki diri kita sebaik-baiknya dalam menghadapi cobaan. Bila cobaan tersebut berupa musibah kematian sanak saudara, maka kita wajib ridho akan ketetapan Allah, bertakziah kepada keluarga yang sedang dirindung duka dan membantu semampunya.

“Apabila meninggal anak seorang hamba, maka Allah SWT berkata kepada malaikat: Apakah kamu telah mencabut roh putra hambaKu. Jawabnya: Ya. Apakah kamu telah mengambil buah hatinya ? Jawabnya: Ya, benar. Maka Allah berkata: “Lalu apa yang diucapkan oleh hambaKu?. Malaikat berkata: “Dia memuji-Mu dan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Maka Allah SWT berkata: “Bangunkan untuk hambaKu tersebut sebuah rumah di surga dan beri nama tempat itu Baitul Hamdi”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan)

Bila cobaan tersebut adalah kemaksiatan yang berada di diri kita, maka harus berusaha untuk memperbaikinya menuju aturan syariat yang lurus. Bila cobaan tersebut adalah menurunnya hasil usaha kita, maka cobalah lebih pintar mencari penyebabnya kemudian mencoba mengatasi masalah tersebut. Bila cobaan tersebut berupa musibah kehilangan pekerjaan, maka kita harus tetap berusaha dengan jalan apapun asalkan halal. Bila telah mendaftar pekerjaan tapi tidak diterima, kita masih bisa berwiraswasta dengan atau berjualan. Bila tidak ada modal untuk memulai usaha, maka mulailah usaha dengan modal yang paling kecil. Sebenarnya hal yang merintangi kita dalam usaha bukanlah modal, tapi kemauan dan gengsi dari dalam diri kita sendiri. Hal itulah yang harus kita perangi. Sesungguhnya kemenangan bukan terletak pada hasil materi yang berhasil kita peroleh, namun kemenangan adalah bila kita dapat mengalahkan diri kita, memasung iblis di dalam hati, dan berjuang atau berusaha secara lahir dan batin.

Usaha batiniah: berdoa dengan sungguh-sungguh secara ikhlas

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya). (Q.S.27/ An Naml:62)

“Do'a adalah otaknya (sumsum/inti nya) ibadah.(HR. Tirmidzi)”

“Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya'la)”

Setelah berusaha sebaik-baiknya, maka hal tersebut akan sia-sia bila kita tidak berdoa dengan sungguh-sungguh. Janganlah kita takabur dengan mengatakan bahwa kita layak mendapatkan sesuatu atas jerih payah kita sendiri. Karena yang menentukan semuanya adalah Allah Azza wa Jalla.

“Rasulullah saw. berkata: Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan kepada salah-satu kekayaan surga yang tersimpan? Aku menjawab: Tentu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Yaitu ucapan: ‘laa haula wa laa quwata illa billah’ (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali berkat bantuan Allah). (Shahih Muslim No.4873)”

Bagaimanapun gigihnya usaha kita hingga akhirnya mencapai keberhasilan, semata-mata berkat Allah SWT. Dan Allah berhak menambah, menetapkan, bahkan mengurangi rezeki kita di dunia semata-mata untuk kebaikan diri kita sendiri. Ilmu Allah tak terbatas dibanding logika sempit manusia, yang mengatakan bahwa semakin “banyak rezeki akan semakin baik”, karena bisa saja dibalik rezeki yang berlimpah di dunia justru akan menghambat jalan kita di akhirat kita kelak.

Berdoa yang utama dilakukan adalah berdoa setelah shalat wajib maupun shalat sunnah. Kemudian doa pada waktu-waktu tertentu.

“Rasulullah SAW ditanya, "Pada waktu apa do'a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam)." (Mashabih Assunnah)”

Read more...

Arti Ridho

Ridho
kata yang gampang untuk diucapkan namun susah untuk dipraktekkan


Ridho Terkadang ridho disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda. Ridho (رِضً) berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Perilaku yang ditampakkan oleh seorang hamba yang ridho adalah ia tidak membenci apa yang terjadi menimpa dirinya, sehingga terjadi atau tidak terjadi adalah sama saja baginya.

Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepada-Nya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.

Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ridho terhadap takdir Allah terbagi menjadi tiga macam:
1. Wajib direlakan, yaitu kewajiban syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam dan segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Seluruh perintah-Nya haruslah mutlak dilaksanakan dan seluruh larangan-Nya haruslah dijauhkan tanpa ada perasaan bimbang sedikitpun. Yakinlah bahwa seluruhnya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat-Nya.
2. Disunnahkan untuk direlakan, yaitu musibah berupa bencana. Para ulama mengatakan ridho kepada musibah berupa bencana tidak wajib untuk direlakan namun jauh lebih baik untuk direlakan, sesuai dengan tingkan keridhoan seorang hamba. Namun rela atau tidak, mereka wajib bersabar karenanya. Manusia bisa saja tidak rela terhadap sebuah musibah buruk yang terjadi, tapi wajib bersabar agar tidak menyalahi syariat. Perbuatan putus asa, hingga marah kepada Yang Maha Pencipta adalah hal-hal yang sangat diharamkan oleh syariat.
3. Haram direlakan, yaitu perbuatan maksiat. Sekalipun hal tersebut terjadi atas qodha Allah, namun perbuatan tersebut wajib tidak direlakan dan wajib untuk dihilangkan. Sebagaimana para nabi terdahulu berjuang menghilangkan kemaksiatan dan kemungkaran di muka bumi.



Bila ditimpa musibah, janganlah kita mengucapkan “celaka!”, atau seruan kasar lainnya. Atau bahkan lebih buruk lagi bila kita memukul-mukulkan anggota tubuh atau mencoba untuk menyakiti diri sendiri.

“Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi kematian mayit seraya mengharap-harap celaka).” Menampar pipi atau menyakiti diri sendiri saat terjadi musibah adalah perbuatan yang dilarang, apalagi bila sampai melakukan bunuh diri. Na’udzubillah mindzalik.
Bila seorang muslim ditimpa suatu musibah atau bencana, ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dan janganlah berkata, "oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu", tetapi katakanlah, "ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya." Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: "andaikata" dan "jikalau" membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan." (HR. Muslim)

Klik disini bila Anda ingin membaca mengenai perilaku terpuji dari Syekh Abdul Hannan asal Jawa-Timur, mengenai sikap ridho, ikhlas, dan sabar
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Menjadi kaya dan bahagia

>> Minggu, 02 Agustus 2009


Cara Menjadi Kaya dan Bahagia dalam 5 menit


Pernahkah Anda mendengar peribahasa asing yang berbunyi: In the valley of the blind, One eyed man is the king ?

Artinya adalah: orang yang hanya memiliki 1 buah mata adalah raja di sebuah desa yang seluruh penduduknya buta. Inilah konsep kebahagiaan. Memang, orang yang hanya memiliki 1 buah mata akan dianggap cacat bagi orang yang memiliki mata normal sepasang. Tapi bagi orang yang buta atau tidak memiliki mata sama sekali, maka orang yang hanya memiliki mata sebelah dianggap spesial karena memiliki apa yang tidak mereka miliki.


Demikian pula dengan kebahagiaan. Kita tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan selama kita selalu memandang ke atas.

Memang orang yang hanya memiliki mata sebuah,akan merasa memiliki kelebihan dibanding orang yang buta. Tapi bila ia berada pada penduduk yang semuanya bermata normal sepasang, maka ia hanyalah orang yang dianggap cacat karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Tak butuh waktu lama bagi si mata satu untuk merasa sedih dan tidak bahagia bila berada di lingkungan orang yang bermata normal sepasang.

Dengan memandang kebawah, kita jadi semakin mensyukuri terhadap apa yang kita miliki. Sedangkan melihat keatas kita justru menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Kemudian apakah arti kaya ? Kaya menurut bahasa Arab adalah ghaniyyu, yaitu arti sesungguhnya adalah tidak menginginkan apapun selain yang kita miliki. Jadi, walaupun kita memiliki seluruh kekayaan di dunia, selama kita masih menginginkan rembulan, maka kita kembali menjadi fakir. Hal ini karena kita tetap saja menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Menjadi kaya dan bahagia tidak selalu berhubungan dengan berhasilnya mendapatkan harta, benda, maupun karunia yang sebanyak-banyaknya. Menjadi kaya dan bahagia adalah proses menata hati kita sendiri menuju jalan yang diridhoi oleh Allah Azza wa Jalla, yaitu dengan mensyukuri apa yang kita miliki dan tidak menginginkan apa yang tidak kita miliki.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Seandainya anak cucu Adam mempunyai dua lembah harta, tentu ia masih menginginkan yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut anak cucu Adam hanyalah tanah. Dan Allah menerima tobat orang yang mau bertobat.

Hadis riwayat Abu Hurairah ra:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Ketika seseorang dari kalian memandang orang yang melebihi dirinya dalam harta dan anak, maka hendaknya ia juga memandang orang yang lebih rendah darinya, yaitu dari apa yang telah dilebihkan kepadanya

Hadis riwayat Abu Hurairah ra:
Bahwa Rasulullah SAW bersabda: Kaya itu bukanlah lantaran banyak harta. Tapi, kaya itu adalah kaya hati.

Setelah Anda selesai membaca tulisan ini selama 5 menit, kini Anda dapat mempraktekannya alam hidup Anda sehingga menjadi lebih kaya dan lebih bahagia. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)


Read more...

Bencana yang tiada akhirnya


KAPANKAH BENCANA INI AKAN BERAKHIR ?


Pernahkah Anda jatuh ke tempat yang paling dalam hingga Anda sendiri tak yakin dapat bangkit kembali ? Pernahkah Anda kecewa karena semua orang terdekat pergi meninggalkan di saat Anda sedang berada dalam kemalangan? Pernahkah Anda marah karena teman-teman Anda hanya hadir di saat suka? Di saat Anda tertimpa bencana, mereka justru menganggap Anda menderita penyakit yang menular dan menceritakan keburukan-keburukan Anda di belakang? Pernahkah Anda merasa sendiri, kedinginan, dan ketakutan, bagaikan bayi telanjang yang rindu akan dekapan hangat orang tuanya? Pernahkah Anda tidur meringkuk di pojok ruangan sambil menangis dan tak yakin dapat menghadapi hari esok? Pernahkah Anda selalu berdoa namun dunia seakan terus menekan dada Anda hingga terasa sesak kehabisan nafas? Di saat itulah titik terendah dalam hidup Anda, sekaligus dapat menjadi titik balik dari keimanan Anda.

Hal-hal seperti itulah yang pernah penulis alami saat mengalami musibah yang teramat berat.

Tapi cobalah lihat bagaimana Allah menciptakan alam di sekeliling kita. Perhatikan bagaimana matahari selalu mengitari bumi dan malam menggantikan siang. Mereka selalu tepat waktu. Allah selalu tepat waktu. Malam akan digantikan oleh siang, demikian pula musibah pun selalu ada akhirnya.

Bagaimana mungkin kita memohon munculnya Matahari disaat malam tiba? Atau memohon munculnya Rembulan di saat Matahari sedang tinggi-tinginya? Bagaimana mungkin Allah mengabulkan doa yang tidak sesuai dengan ketetapan-Nya?

Setiap kejadian selalu ada waktunya, dan musibah selalu ada akhirnya. Semuanya akan datang dan berakhir di waktu yang tepat. Tidak dapat dimajukan atau dimundurkan sebagaimana malam akan digantikan oleh siang.

Kita sering terbuai oleh berbagai cerita indah di media cetak ataupun elektronik tentang seseorang yang mengalami musibah kemudian mendapatkan mukjizat sehingga musibahnya segera berakhir dengan cepat. Bahkan dalam hitungan menit. Kemudian kita pun berharap mukjizat tersebut menjadi kenyataan kepada diri kita. Lalu kita berdoa agar semua kesulitan kita diangkat secepatnya. Namun apa yang terjadi bila Allah menangguhkan doa kita? apakah kita merasa kecewa kepada-Nya?

Bila memang sudah takdirnya musibah itu berakhir maka tentu akan berakhir. Sebagaimana fajar akan menggantikan malam. Bila belum saatnya, maka kita tak dapat memajukannya atau memundurkannya. Sebagaimana kita memohon rembulan di saat matahari sedang berada di tinggi langit. Adalah sifat manusia yang menginginkan segala sesuatu terjadi dengan cepat dengan tergesa-gesa. Sebagaimana kita menghendaki harta besar dengan waktu yang cepat, dan musibah berupa kesulitan untuk berakhir dengan cepat pula.

Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Q.S.17/ Al Israa’: 11)

Mukjizat sesungguhnya terjadi bila kita tetap bersabar kepada Allah SWT. (lihat Kaizen Sabar). Bila hari ini belum dikabulkan, teruslah berusaha, bersabar, dan berdoa. Bila minggu ini belum dikabulkan, bila bulan depan belum dikabulkan, bila tahun depan belum dikabulkan, teruslah berusaha hingga kau berhasil. Keberhasilan yang sesungguhnya bukan terletak pada seberapa besar harta atau keinginan yang dapat kau raih. Namun keberhasilan yang sesungguhnya adalah bila kita berhasil mengalahkan diri kita sendiri dan berjuang hanya dan karena Allah SWT. Berjuanglah untuk membuktikan bahwa Anda dapat lulus dari ujian-Nya, berjuanglah untuk membuktikan bahwa Anda tidak putus asa untuk selalu mengharap Ridho-Nya.

Janganlah merasa bosan untuk berjuang, berdoa dan bersabar. Sehari, seminggu, sebulan, setahun, sampai maut memisahkan raga kita. Jangan pernah salahkan Allah bila Dia menunda doamu. Karena walaupun Anda tidak mendapatkan balasan di dunia atas apa yang Anda minta dalam doa, Anda tetap tidak akan rugi. Selalu ingatlah atas pahala bagi Anda di akhirat atas doa-doa yang tidak dikabulkan di dunia, insya Allah Anda akan merasa terhibur. Ingatlah atas keabadian di surga dan kefanaan di dunia. Ingatlah bahwa dunia selalu menjadi penjara bagi kaum mukmin dan surga bagi si kafir. Dunia adalah tempat dimana Anda tak dapat memilikinya. Dunia penuh tipu daya dan hanya permainan belaka.(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hadis Qudsi Tentang Musibah

>> Sabtu, 01 Agustus 2009


MUTIARA DI BALIK MUSIBAH
Kumpulan Hadis Qudsi yang menerangkan bahwa Surga adalah balasan bagi kaum mukmin yang sabar dalam menghadapi musibah berupa bencana.

Siapakah orang-orang yang medapat musibah terbesar?

Dari Sa’ad, ia berkata: bahwa Rasulullah telah bersabda:
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih yang meneladaninya. Seseorang akan diuji menurut kekuatan agamanya (imannya), apabila agamanya kuat maka makin berat ujiannya, apabila agamanya kurang kuat maka dia diuji menurut kadar kekuatannya, dia akan diuji terus , sehingga ia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih (tidak berdosa)”.

“Dari Aisyah ra., dia berkata: bahwa Rasulullah telah bersabda: “Sesungguhnya orang-orang shalih akan diperberat (musibah) atas mereka. Dan tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk duri atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapus dosa-dosanya dan akan ditingkatkan derajatnya”. (H.R. Ahmad, Ibnu Hibban, al-Hakim dan Baihaqi)

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka didahulukan baginya hukuman di dunia (berupa musibah dan kesusahan agar terhapus dosa-dosanya), dan apabila Dia menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka Dia akan menahan darinya (membiarkannya) dengan dosa-dosanya sehingga (dosa-dosa tersebut) dibalas pada hari kiamat”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).

“Sesungguhnya, besarnya balasan sesuai dengan besarnya musibah. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai kepada suatu kaum, maka mereka akan diuji dengan berbagai macam musibah. Barang siapa yang ridho, maka dia akan diridhoi oleh Allah. Dan barang siapa yang tidak menerima (atas musibah tersebut), maka dia akan dimurkai Allah.” (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan).

Hadis qudsi mengenai balasan atas bencana

Dari Anas bin Malik, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Apabila Aku menguji hambaku dengan kedua kesayangannya lalu ia bersabar maka Aku menggantikannya dengan sorga". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Apabila Aku mengambil kedua kehormatan hamba-Ku di dunia, maka balasannya di sisi-Ku adalah sorga . (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Allah Ta'ala berfirman : "Tidak ada balasan disisi-Ku bagi hamba-Ku yang mu'min apabila aku mematikan kekasihnya dari penghuni dunia dan ia mengharap pahalanya, melainkan sorga". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW beliau bersabda : "Tidaklah dua orang Muslim yang tiga orang anaknya yang belum dewasa meninggal dunia melainkan Allah memasukkannya ke sorga sebab anugerah rahmat-Nya kepada mereka". Beliau bersabda : "Dikatakan kepada mereka : "Masuklah ke sorga". Mereka menjawab : "Sehingga orang tua kami masuk (sorga)". Dia berfirman : "Masuklah kamu ke (sorga) dan orang tuamu". (Hadits ditakhrij oleh An Nasa'i).

Dari Abu Umamah ra. dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Allah Yang Maha Suci berfirman : "Hai anak Adam, jika kamu sabar dan mengharapkan pahala pada kejadian pertama, aku tidak merelakan pahala untukmu selain sorga". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Apabila anak manusia meninggal maka Allah berfirman kepada Malaikat-Nya : "Kamu matikan anak hamba-Ku ?". Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu matikan buah hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman : "Apakah yang diucapkan oleh hamba-Ku?" Mereka menjawab : "Memuji dan mengembalikannya kepada-Mu (membaca istirja')". Allah berfirman : "Bangunlah rumah untuk hamba-Ku di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi (rumah pujian)". (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga ? Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu kesembuhan. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)

Dan yang terpenting:

“Demi Kejayaan dan Keagungan-Ku, tidak akan Aku matikan hamba-Ku yang telah Aku kehendaki kebaikan baginya, sehingga Aku menghapuskan dosa-dosa yang pernah ia lakukan melalui rasa sakit di badannya, kerugian pada hartanya dan kematian anaknya. Maka apabila masih terdapat dosa padanya, Aku perberat baginya sakaratul maut, sehingga dia menemui Aku seperti saat ia dilahirkan dari rahim ibunya (tidak mengemban suatu dosapun)”.(Hadis Qudsi: Lihat juga Musnad Imam Ahmad Juz III/29, 41)

“Dan demi Kejayaan dan Keagungan-Ku, tidak akan Aku mematikan hamba-Ku yang Aku tetapkan keburukan atasnya, sehingga Aku menghapuskan perbuatan-perbuatan baiknya melalui kesehatan tubuhnya (tidak pernah sakit), bertambah hartanya dan bertambah anaknya, maka sekiranya masih ada kebaikan padanya, Aku ringankan baginya sakaratul maut sehingga dia menghadap kepada-Ku dalam keadaan tidak memiliki kebaikan apapun”. (Hadis Qudsi: Lihat juga Musnad Imam Ahmad Juz III/29, 41)

Kaget ?

Dari dua kutipan hadis qudsi diatas dapat kita simpulkan bahwa, logika manusia yang sempit tak kan pernah dapat memahami Ilmu Allah yang sedemikian luasnya. Coba kita semua renungkan, apa yang sering kita minta di saat berdoa? Harta bertambah? Pangkat atau jabatan? Kelancaran dalam usaha? lalu apa yang terjadi bila Allah belum mengabulkan permintaan kita ? Apakah kita kecewa? Kemudian muncul musibah kesulitan yang tak terduga. Apakah kita tetap bersabar dan yakin bahwa segala sesuatu adalah yang terbaik menurut-Nya ? Masihkah kita mengikuti hawa nafsu untuk mereguk semua kenikmata dunia ? Masihkah kita bertuhan kepada harta, jabatan, dan hawa nafsu ? Masihkah kita tergolong orang-orang yang ditutup pintu hatinya oleh Allah untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya ?

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Q.S.45/ Al Jaatsiyah: 23)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Bersyukur Karena Musibah II: Biografi Alm. Kyai Mbah Dahnan (Syekh Abdul Hannan)


Tiga Pelajaran Berharga Dari Kyai "Nyleneh"


Di daerah Tambak Ngadi, Kediri, Jawa-Timur terdapat suatu kompleks makam auliya’. Kata auliya’ adalah bentuk jamak dari wali, waliyun atau wakil Allah SWT dalam melanjutkan perjuangan Rasulullah SAW. Mereka yang dimakamkan di kompleks ini adalah orang-orang yang berjuang seluruh hidup mereka di jalan Allah untuk mengibarkan syi’ar islam.

Di salah satu bagian dari kompleks tersebut terdapat makam dari Syekh Abdul Hannan atau yang lebih dikenal dengan Mbah Dahnan.

Semasa hidupnya beliau adalah sosok kyai yang terkenal dengan gaya hidup yang nyleneh (aneh). Beliau mendirikan sebuah pondok pesantren di daerah Trenggalek, Jawa-Timur. Pondok pesantren itu semasa hidupnya tidak ia beri nama apapun. Santrinya pun tidak banyak, beliau sangat mementingkan kualitas santrinya dibanding kuantitas.

Pelajaran Pertama

Beliau hidup sangat sederhana, rumahnya hanya berdinding anyaman bambu dengan lantai tanah. Beliau tak pernah makan nasi. Beliau hanya makan singkong, tanaman yang tumbuh subur di Trenggalek. Kadang-kadang beliau makan singkong dengan sate ayam tapi itu tidak ia lakukan setiap hari. Dalam seminggu masih dapat dihitung berapa tusuk sate yang ia makan. Satu-satunya barang yang paling berharga yang ia miliki adalah Perkutut Putih. Beliau sangat menyayangi Perkutut tersebut, karena bentuknya yang indah dan suaranya yang merdu, dan tentu saja karena Perkutut Putih itu sangat langka sehingga menjadi incaran para kolektor untuk membelinya dengan harga yang tinggi.

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu santrinya, almarhum adalah salah satu sosok yang tak ada tandingannya dalam perilaku ridho, ikhlas dan sabar. Pernah pada suatu pagi, ketika almarhum beserta para santri sedang bekerja di ladang yang tak terlalu jauh dari rumahnya, sang santri melihat ada seseorang yang hendak mencuri Perkutut Putih kesayangan Kyai. Melihat hal tersebut, sang santri langsung melaporkan kepada Mbah Dahnan yang berada tak jauh dibelakangnya. Namun Mbah Dahnan justru menarik tangan santrinya, dan menyuruh untuk bersembunyi di balik semak-semak. Sang santri bertanya kepada Mbah Dahnan, mengapa kita harus bersembunyi? Beliau kemudian memberitahu sebab mereka semua disuruh bersembunyi sementara melihat si pencuri melakukan aksinya, karena beliau merasa kasihan kepada si pencuri, bisa saja si pencuri itu malu dan mengurungkan niatnya untuk mencuri bila ketahuan oleh mereka.

Walaupun Perkutut Putih itu adalah satu-satunya hewan peliharaan paling berharga yang Mbah Dahnan miliki, karena selain langka dan suaranya yang merdu, harganya pun terhitung sangat mahal. Sudah banyak orang menawarkan uang puluhan juta untuk membeli Perkutut Putih tersebut, namun Mbah Dahnan tak pernah mau memberikannya. Tapi di saat ada seseorang mencuri Perkutut putih tersebut, beliau ridho dan ikhlas karena Allah SWT. Beliau tampaknya mengetahui bahwa maling tersebut lebih membutuhkan Perkutut putih kesayangannya dibanding dirinya atau kolektor yang sudah menawarkan harga puluhan juta kepadanya. Beliau pun sangat menyadari bahwa maling itu hanyalah wasilah dari Allah. Dan apapun yang Allah kehendaki atas dirinya itulah yang terbaik menurut ilmu Allah.

Pelajaran Kedua

Cerita selanjutnya adalah disaat beliau kehilangan anak pertamanya dan laki-laki satu-satunya saat itu. Di saat anaknya meninggal karena sakit panas, istrinya menangis, dan para santrinya bersedih. Namun Mbah Dahnan justru memuji Allah dan mendendangkan shalawat. Beliau dengan tenang mengafani sendirian kemudian melakukan shalat jenazah bersama para santri-santrinya.

Siapa yang akan rela kehilangan anak laki-laki semata wayangnya ? Namun bila menurut Allah itu yang terbaik, maka beliau pun ridho karena Allah memberikan hadiah yang tak ternilai baginya.

Anak laki-laki yang diambil oleh Allah belum memiliki dosa apapun, sehingga baginya tentu akan mendapatkan surga. Beliau sangat bangga karena memiliki anak yang kelak menjadi penghuni surga. Dan barang siapa yang ridho atas ketentuan Allah dengan mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un maka akan dibangun rumah baginya di surga.

“Apabila meninggal anak seorang hamba, maka Allah SWT berkata kepada malaikat: Apakah kamu telah mencabut roh putra hambaKu. Jawabnya: Ya. Apakah kamu telah mengambil buah hatinya ? Jawabnya: Ya, benar. Maka Allah berkata: “Lalu apa yang diucapkan oleh hambaKu?. Malaikat berkata: “Dia memuji-Mu dan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Maka Allah SWT berkata: “Bangunkan untuk hambaKu tersebut sebuah rumah di surga dan beri nama tempat itu Baitul Hamdi”. (H.R. Turmudzi, dia berkata: Hadis Hasan)

Setelah kematian anak laki-lakinya tersebut, akhirnya beliau diberikan anugrah oleh Allah untuk memiliki 5 orang anak.

Kejadian Ketiga

Kejadian yang paling teringat oleh seluruh santri Mbah Dahnan adalah ketika pesantren yang baru saja mereka bangun dengan susah payah mengalami kebakaran. Di saat para santri sibuk dan panik memadamkan api yang melalap pesantren tersebut, Mbah Dahnan justru menari-nari sambil tak henti-hentinya dari mulutnya memuji Allah dan bershalawat. Akhirnya tak ada yang dapat terselamatkan dari pesantren yang baru mereka bangun. Seluruhnya telah hangus terbakar oleh api. Setelah kejadian tersebut, Mbah Dahnan berserta seluruh santrinya justru mengadakan acara syukuran atas kejadian tersebut.

Hal luar biasa yang dapat kita petik dari beliau adalah, sifat ridho, ikhlas dan sabarnya. Beliau benar-benar yakin bahwa apapun yang diberikan Allah saat ini adalah yang terbaik. Musibah dalam bentuk nikmat dan bencana adalah hal yang pasti terbaik menurut Allah, untuk itulah ia selalu mengucapkan syukur tak terhingga kepada-Nya atas apapun yang terjadi saat itu.

Dan memang, tak beberapa lama setelah kejadian kebakaran tersebut, beliau mendapatkan bantuan untuk mendirikan pondok pesantren yang lebih besar dari pada pondok pesantren terdahulu.

“Dunia itu menjijikkan”. Kalimat itulah yang paling sering Mbah Dahnan ucapkan di saat beliau masih hidup. Kalimat tersebut sangat membekas di kalangan santrinya. Karena logika duniawi “tak kan pernah nyambung”, dibanding dengan ilmu Allah yang sedemikian luasnya.

Tingkatan kita mungkin sangat jauh dibanding beliau, namun dengan membaca kisah hidupnya diatas, insya Allah ada hal yang dapat kita petik untuk dikemudian hari. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Insya Allah Sudah ada di Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, dan Toko Buku lainnya di kota Anda

>> Jumat, 31 Juli 2009

Buku Panduan Menghadapi Musibah



Pernahkah Anda jatuh ke dalam jurang yang paling dalam hingga Anda sendiri tak yakin dapat bangkit kembali? Pernahkah Anda kecewa karena semua orang terdekat pergi meninggalkan di saat Anda sedang berada dalam kemalangan? Pernahkah Anda marah atas teman-teman Anda yang hanya hadir hanya di saat suka? Di saat Anda tertimpa bencana, mereka justru menganggap Anda menderita penyakit yang menular dan menceritakan keburukan-keburukan Anda di belakang? Pernahkah Anda merasa sendiri, kesepian, ketakutan, bagaikan bayi telanjang kedinginan yang rindu akan dekapan hangat orang tuanya? Pernahkah Anda tidur meringkuk di pojok ruangan sambil menangis dan tak yakin dapat menghadapi hari esok? Pernahkah Anda selalu berdoa namun dunia seakan terus menerus menekan dada Anda hingga terasa sesak kehabisan nafas? Di saat itulah titik terendah dalam hidup Anda, sekaligus dapat menjadi titik balik dari keimanan Anda.

Buku ini akan mengubah persepsi Anda akan makna musibah. Membuka wawasan Anda akan hakikat kesabaran. Dan menceritakan rahasia-rahasia yang terpenting agar mencintai-Nya atas apa pun yang Dia perbuat kepada Anda. Buku ini mengajarkan “cinta putih” seorang budak kepada Tuannya. Mahabatullah: “Perjalanan mencari cinta yang hanya untuk Allah”.


Buku ini dapat Anda pesan di blog ini mulai tanggal 22 Agustus 2009
Harga Rp.40.000 + tanda tangan pengarang
Ongkos kirim gratis untuk daerah Jakarta dan sekitarnya

Inilah buku yang akan menjungkir-balikkan konsepsi Anda tentang Musibah, konsep kesabaran, Ridho dan Ikhlas yang sering menjadi kerancuan keduanya, Qodha dan Qodar, dan yang terpenting adalah menceritakan rahasia-rahasia untuk mencintai Allah atas apapun yang Dia perbuat kepada Anda.



Read more...

Kaizen Sabar

>> Sabtu, 25 Juli 2009

KAIZEN SABAR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pedoman menjadikan dunia sebagai budak Anda menuju akhirat




Kai (改) berarti perubahan, sedangkan zen (善) berarti baik. Kaizen adalah berusaha untuk melakukan perbaikan secara kontinyu di seluruh aspek kehidupan manusia. Perbedaan dengan kaizen sabar adalah pada kaizen sabar hanya memfokuskan kepada ketetapan Allah SWT. Sebenarnya siklus kaizen sabar sudah ada pada saat kita melaksanakan kesabaran sesuai dengan syariat Islam. Jadi siklus ini bukanlah siklus yang baru dalam kehidupan kaum muslim yang takwa kepada Allah. Siklus ini pula bukan berasal dari Jepang atau masuknya budaya-budaya asing ke dalam ajaran syariat. Namun karena di Jepang juga mengenal filosofi perbaikan yang kontinyu yang mereka sebut kaizen, maka penulis meminjam istilah kaizen dengan menambahkan kata “sabar” untuk menjadi pembeda keduanya.


Segalanya berawal pada qodha dan qodar

Apakah kita memiliki sifat yang kurang terpuji yang tidak sesuai dengan syariat? Apakah kita mendapat musibah yang menyakitkan? Apakah kita sedang mengalami penurunan dalam usaha? Dan lain sebagainya, semuanya ada pada siklus tersebut pada tahapan qodha dan qodar. Sifat yang kurang terpuji (maksiat) akan menjadi haram untuk kita ridhoi keberadaannya, maka dengan usaha secara lahir kita harus berusaha menghilangkan sifat buruk tersebut. Bila kecanduan narkoba maka kita harus berusaha secara lahir untuk menghentikannya. Kemudian usaha lahir tersebut harus dibarengi dengan usaha secara batin, yaitu berdoa untuk dikuatkan oleh Allah agar dapat menjauhi larangan-Nya. Lakukan usaha secara lahir maupun batin dengan ikhlas untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah.

Begitu pula bila kita mengalami musibah, maka sunnah hukumnya untuk ridho terhadap musibah yang kita hadapi. Namun wajib hukumnya untuk bersabar atas ketetapan Allah. Lakukan usaha lahiriah dalam mengahadapi musibah tersebut dan jangan lupa berdoa kepada Allah untuk diberi kekuatan menghadapi musibah dan kemampuan untuk bersyukur pada seluruh ketetapan-Nya.

Disaat kita mengalami penurunan dalam hasil usaha kita, maka ini menjadi kewajiban syariat. Karena mencari penghidupan di bumi secara halal adalah suatu kewajiban manusia. Gunakan usaha secara lahir untuk mengetahui penyebab utama penurunan hasil usaha kita dan berusaha secara pintar dan giat untuk mengatasi hal tersebut. Jangan lupa berdoa untuk memohon kemudahan dalam mencari rezeki-Nya. Lakukan dengan ikhlas lillahi ta’ala. Lakukan perbuatan lahir dan batin hanya untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah.

Bagaimana bila hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan?

Ini akan kembali menuju tahapan qodha dan qodhar. Bila kita belum mampu menghentikan sifat yang kurang terpuji, maka berusahalah terus jangan pernah berhenti untuk berusaha secara lahir dan batin. Perbanyak istighfar untuk memohon pengampunan-Nya. Tak kenal lelah dalam berjuang walau gagal berkali-kali lebih baik dari pada berputus asa kepada rahmat dan ampunan-Nya. Inilah mengapa dinamakan kaizen sabar, karena usaha harus kita lakukan terus dan terus hingga nyawa kita sudah sampai di tenggorokan. Inilah yang dinamakan sabar dalam menjauhi larangan-Nya.

Bila musibah belum dapat kita atasi, maka baca ulang buku ini dari awal agar selalu sabar dan dapat bersyukur menghadapi musibah. Bayangkan balasan Allah yang indah di akhirat atas seluruh kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi. Jangan pernah menyerah dan lakukan untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah. Jangan berfokus pada hasil yang berupa materi tapi berfokuslah pada peningkatan iman Anda. Ingatlah Allah tak akan meninggalkan Anda walau sedetikpun. Inilah yang dinamakan sabar dalam menghadapi musibah.

Bila usaha belum mengalami kemajuan, maka jangan pernah menyerah. Cari tahu apa yang menjadi kegagalan Anda dan berusahalah secara lahir dan batin untuk mengatasi kegagalan menjadi keberhasilan. Gunakan ibadah-ibadah sunnah selain ibadah wajib untuk lebih mendekatkan diri Anda kepada Allah. Mulai dari shalat sunnah rawatib, duha, tahajud dan lainnya. Sedekah dan zakat hingga umrah bila mampu. Gunakan sabar sebagai pedang untuk kemenangan dunia dan akhirat. Inilah yang dinamakan sabar dalam beribadah

Kemudian selanjutnya tak jarang Anda akan mendapatkan qodha dan qodar yang baru, atau bahkan berjalan paralel di saat Anda baru mencapai salah satu tahap kaizen sabar. Maka qodha dan qodar baru tersebut akan memulai siklusnya yang lain.

Sifat zuhud dan Istiqomah yang menggerakkan sabar

Jadikan dunia sebagai budakmu, jangan pernah mau diperbudak oleh dunia. Jadikan dunia sebagai kendaraan menuju surga, jangan pernah mau untuk dikendarai dunia menuju neraka. Carilah rizki sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat, karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Zuhud tidaklah melulu diidentikkan dengan hidup dalam kemiskinan. Zuhud adalah menjaga hati agar tidak tertawan oleh nafsu duniawi. Kekayaan dan kebahagiaan letaknya di hati dan keduniawian tidak menjamin Anda kaya dan bahagia di dunia.

kemudian istiqomah akan menjadi semangat utama agar kita meneruskan sifat sabar ini hingga maut memisahkan kita. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)


Read more...

Bersyukur karena musibah I


Bersyukur Karena Musibah I

Beberapa dari pembaca pasti akan mengerutkan dahinya ketika membaca topik ini. Bagaimana mungkin manusia dapat bersyukur karena musibah bencana yang ia hadapi ?

(11) Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Q.S.22/ Al Hajj: 11)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa, “Datangnya musibah-musibah adalah nikmat. Karena bencana menjadi sebab untuk dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran, sehingga orang yang tertimpa musibah dan tetap bersabar akan mendapatkan pahala”. Bukankah hal tersebut adalah nikmat yang paling agung ? Maka musibah bencana adalah rahmat Allah yang paling agung kepada mahluk-Nya, kecuali apabila orang yang tertimpa musibah tersebut justru terjerumus kepada kemaksiatan. Apabila hal tersebut terjadi kepadanya maka itu akan menjadi keburukan baginya.

Empat tingkatan orang yang mendapat bencana

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan, bahwa ada empat tingkatan orang ketika menghadapi musibah:


Tingkatan pertama: marah

Tingkatan marah ini meliputi tiga keadaan: 1. Ia menyimpan perasaan marah di dalam hati kepada Allah. Sehingga dia pun marah kepada apa yang ditetapkan Allah kepada dirinya. Hal ini adalah haram bahkan bisa menjerumuskan kepada kekafiran. 2. Kemarahan diekspresikan dengan ucapan. Seperti mendoakan kecelakaan dan kebinasaan, atau ucapan semacamnya. Hal seperti ini juga haram hukumnya. 3. Kemarahannya sampai meluap-luap sehingga terekspresikan dengan tindakan anggota badan. Seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian. Mencabuti rambut dan perbuatan semacamnya. Perbuatan ini haram hukumnya dan meniadakan sifat sabar yang wajib ada.

Tingkatan kedua: bersabar
Walaupun musibah yang ia terima teramat berat, namun orang tersebut masih bisa bersabar dan tabah dalam menanggungnya. Dia merasa tidak senang atas musibah yang terjadi terhadap dirinya. Tapi imannya masih dapat menjaganya untuk tidak marah. Terjadinya musibah tersebut dengan tidak terjadinya musibah masih terdapat perbedaan baginya. Ini adalah tingkatan yang wajib. Sebab Allah SWT telah memerintahkan untuk bersabar.

Tingkatan ketiga: merasa ridho
Perbedaan yang mendasar antara tingkatan ketiga ini dibanding tingkatan kedua adalah pada tingkatan ini, ada atau tidak adanya musibah betapapun beratnya bagi orang yang mengalaminya adalah sama saja. Orang tersebut ridho terhadap musibah yang menimpanya. Ia merasa yakin kepada Allah bahwa musibah yang diturunkan kepadanya adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sehingga ada atau tidak adanya musibah tidak ada bedanya bagi orang tersebut

Tingkatan keempat: bersyukur
Ini adalah tingkatan tertinggi. Ia justru bersyukur kepada Allah atas terjadinya musibah yang menimpanya. Orang tersebut menyadari, seberapapun ringan atau beratnya musibah adalah faktor bagi terhapusnya dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Bahkan terkadang bisa menjadi sumber penambah amal kebaikan.

Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh dalam Syarah Arba’in An-Nawawi pun mengungkapkan hal yang sama. Beliau mengatakan bahwa ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur.
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)




Read more...

Sebab terjadi musibah


Sebab Terjadinya Musibah




Setiap musibah berupa bencana yang menimpa kaum muslimin pada dasarnya dikarenakan oleh kedua hal diatas. Pertama, sebagai penghapusan dosa dan menambah amal ibadah bila kita bersabar atas musibah tersebut. Kedua, sebagai ujian kenaikan derajat di mata Allah. Setiap kali menghadapi musibah berupa bencana, kita juga harus terus memperbaiki diri dan berintrospeksi mengenai kesalahan-kesalah kita dimasa lalu dan berusaha dengan sabar untuk memperbaikinya. Karena setiap musibah yang terjadi dikarenakan oleh perbuatan-perbuatan diri kita sendiri.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah mema'afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S.42/ Asy-Syura: 30)

Sedangkan musibah berupa bencana yang dialami kaum musyrikin adalah azab dari Allah atas pembangkangannya terhadap ayat-ayat Allah. Sebagaimana terjadi pada kaum Nabi Luth, ditenggelamkannya kaum Nabi Musa, kekalahan pasukan kaum musyrikin atas pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW dan lain sebagainya. Azab yang diturunkan Allah kepada kaum musyrikin tidak mengurangi apapun dari dosa mereka. Dan mereka inilah yang termasuk dalam golongan manusia yang hidup dalam kesia-siaan.

Janganlah kita patah hati dan mengatakan bahwa bencana yang menimpa diri kita saat ini adalah azab atau hukuman dari Allah. Bila kita pernah melakukan dosa yang tak semestinya kita lakukan, maka bertaubatlah. Lebih baik kita segera melakukan amal ibadah yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dari pada terus menurus berduka berputus asa tanpa melakukan apapun. Perbanyaklah beristighfar dan berdzikir kepada Allah. Karena bencana yang menimpa kita, Insya Allah dapat mengurangi dosa-dosa kita kelak di akhirat. Kemudian, bila kita mampu maka bersyukurlah, dan percaya bahwa apa yang terjadi pada diri kita saat ini adalah hal terbaik menurut-Nya walau penulis tahu, hal tersebut sangatlah berat.

Sesungguhnya musibah yang terberat adalah terputusnya hubungan manusia dangan Allah yang disebabkan oleh murtad. Karena menyebabkan hilangnya seluruh amal ibadah dan termasuk dosa yang tidak dapat terampuni.


Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (Q.S. 41/ Al Fushshilat: 46)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Zuhud


Pedoman hidup zuhud


Hiduplah di dunia seperti layaknya orang asing atau pengembara. Ambilah secukupnya sebagai bekal menuju kampung halaman kita yaitu Surga. Carilah rizki yang halal dan cukup untuk menghidupi keluargamu dan gunakan selebihnya untuk beramal di jalan Allah. Gunakan dunia sebagai budak atau kendaraan kita dalam mencari bekal akhirat. Janganlah justru kita yang diperbudak oleh dunia atau dunia yang “mengendarai” nafsu kita. Mengejar dan memperebutkan nikmat dunia yang secuil hanya membuat hidup selalu penuh dengan rasa waswas dan pertengkaran. Bersikap zuhud bukan berarti setiap kaum muslim harus hidup dalam kemiskinan.

Bersikap zuhud bukan berarti menggunakan seluruh waktunya untuk berdoa tanpa berusaha. Pengertian zuhud sesungguhnya adalah bila hati manusia tidak tertawan oleh nafsu dunia. Orang yang kaya raya dapat tetap zuhud selama harta dan seluruh kekayaannya tidak menyita dirinya dari Allah SWT. Sebagaimana zuhudnya Nabi Sulaiman AS yang tetap berpegang teguh terhadap perintah Allah. Sedangkan orang yang miskin belum tentu dapat hidup zuhud selama hatinya masih selalu tertawan oleh nikmat dunia.


Bahkan orang paling kaya raya atau orang terkuat sedunia pun tak dapat menghindar bila Malaikat Izroil telah datang menjemputnya. Kepopuleran, gelar kehormatan, kekayaan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan, kerupawanan, dan lain sebagainya tak kan dapat menolong manusia dalam ketentuan Allah. Ketentuan berupa balasan di akhirat yang berlaku selama-lamanya. Yaa… selama-lamanya, bukan 80 tahun atau 100 tahun. Bukan 1000 tahun atau 10.000 tahun. Bukan sejuta tahun, semilyard tahun, atau setrilyun tahun. Tapi selama-lamanya.

Bagi orang yang pernah dikecewakan oleh dunia, terkadang mereka mengungkapkan kemarahan dengan mengucapkan “Tuhan tidak adil”. Boleh jadi Anda telah bekerja sekuat tenaga dan selalu shalat dan berdoa dengan tekun. Namun tetap saja keinginan Anda tidak dipenuhi-Nya. Beristighfarlah karena Allah sedang menguji Anda. Bisa jadi doa Anda ditunda untuk dibalas di akhirat dengan balasan yang ribuan kali lebih baik dari permintaan itu. Bisa jadi doa Anda diganti untuk mencegah Anda mengalami takdir yang sangat buruk. Ingatlah ! Allah adalah pemilikmu, Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada, dan Pemilik berkuasa penuh atas apa yang Dia miliki. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Allah memang tidak adil. Yaa… tulisan tadi memang benar adanya. Allah tidak adil sebagaimana konsep “adil” menurut logika manusia. Buktinya adalah, bagaimana mungkin manusia yang selama hidupnya ia gunakan untuk mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya mendapatkan balasan surga selama-lamanya? Seharusnya bila Allah itu adil menurut konsep “adil” manusia, orang tersebut cukup mendapatkan surga selama masa hidupnya saja, bisa 50 tahun, 80 tahun atau paling lama 100 tahun. Kemudian rohnya dimatikan saja. Tetapi Allah justru memberikan balasan kepada orang tersebut dengan balasan yang tak terbatas waktunya, melebihi semilyard tahun bahkan melebihi setrilyun tahun. Contoh kedua adalah apabila seseorang ibu melahirkan anak yang kemudian anak tersebut meninggal, maka anak tersebut pun menjadi calon penghuni surga. Bila kedua orang tuanya merelakan kematian anaknya maka keduanya pun menjadi calon penghuni surga pula. Lihatlah betapa pemurah-Nya Allah terhadap hamba-Nya. Contoh lainnya adalah banyaknya amal perbuatan yang mendapatkan pahala yang besar seperti berzikir. Apalah susahnya berzikir dibanding pekerjaan mengangkat batu besar atau menggali lubang. Seharusnya kalau Allah itu adil menurut konsep “adil”-nya manusia, orang tersebut pun hanya mendapat balasan seperti apa yang hamba tersebut perbuat kepada-Nya.

Allah Azza wa Jalla memiliki sifat Ar Rahim, menyayangi umat-Nya. Allah tidak kikir sebagaimana kaum kapitalis merancang dasar-dasar ekonomi dunia.

"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S.55/ Ar-Rahman: 13)

Manusia akan memperoleh balasan terhadap seluruh amal mereka semasa hidupnya. Apakah di dunia mereka patuh terhadap perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, atau justru mengkufuri-Nya. Apakah mereka ridho dan bersabar atas segala yang menjadi qodha dan qodar-Nya. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hakikat dari Musibah

Hakikat Musibah

Musibah berasal dari bahasa Arab, yaitu ashooba, yashiibu, mushiibatan (مُصِيبَةًَ) yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Mushiibatan (مُصِيبَةًَ), mengandung isim masdar, jadi arti sesungguhnya adalah “tertimpa”, dapat tertimpa hal yang buruk, ataupun tertimpa hal yang baik. Namun pada umumnya kita hanya menganggap musibah adalah “tertimpa hal yang buruk saja”.

Dalam bahasa Indonesia pun terjadi pengurangan arti kata “musibah”, yang membuat maknanya hanya tertimpa hal yang buruk saja. Berikut ini adalah arti kata “musibah” dalam dua kamus bahasa Indonesia.

· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka, musibah diartikan: 1. kejadian (peristiwa) menyedihkan yg menimpa: dia mendapat -- yg beruntun, setelah ibunya meninggal, dia sendiri sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit; 2. malapetaka; bencana: -- banjir itu datang dengan tiba-tiba.

·Begitu pula menurut buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang disusun oleh Budiono MA, penerbit Karya Agung Surabaya. Musibah adalah celaka, bencana, malapetaka, tulah.

Musibah adalah bentuk ujian dari Allah, dapat berupa hal yang baik ataupun yang buruk. Namun perlu kita pahami bahwa definisi hal baik dan hal buruk adalah berasal dari logika manusia. Hal yang baik dan buruk menurut manusia bukanlah hal yang mutlak, terkadang lebih ke problema “rasa” saja. Beberapa ulama mengatakan bahwa buruknya takdir hanya dilihat dari sisi mahluk saja, sedangkan ditinjau dari Sang Pencipta Takdir, semua takdir adalah baik.

Akal manusia selalu mengaitkan keburukan dengan kehilangan sesuatu yang dimiliki, namun manusia terkadang lupa bahwa kita hanya meminjam milik-Nya, termasuk diantaranya roh dan jasad kita.

Alam bawah sadar manusia cenderung mendefinisikan sendiri makna musibah yang berupa bencana dan nikmat.Suatu hal akan kita anggap bencana bila ekspektasi atau harapan melebihi dari kenyataan yang terjadi. Sedangkan sesuatu hal akan kita anggap sebagai nikmat bila kenyataan melebihi atau sama dengan harapan yang kita inginkan.

Bagaimana akal manusia mendeskripsikan bencana dan nikmat:

Bencana adalah Apa yang kita harapkan lebih besar dari Kenyataan

Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan

Contoh lain adalah bila kita telah bekerja kemudian di penghujung bulan disaat kita mendapatkan bonus yang tidak disangka-sangka atau melebihi dari harapan yang kita miliki. Maka kita pun langsung menganggap hal tersebut adalah nikmat. Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan.

Manusia terkadang lupa, apakah hal yang menurut akalnya adalah yang terbaik, sesuai dengan apa yang menurut Allah terbaik bagi hamba-Nya? Ingatlah bahwa ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibanding dengan ilmu Allah SWT. Bagaimana bila Allah membiarkan rencana tamasya bersama keluarga kita dapat terlaksana, namun kemudian kita mengalami kecelakaan dalam perjalanan yang justru berakibat lebih fatal? Atau bagaimana bila kita mendapatkan bonus besar dari bos, namun uang yang kita dapatkan dihabiskan untuk bermaksiat? Manakah yang lebih baik? Menghabiskan uang bonus dengan bermaksiat kemudian dosa tersebut harus kita tanggung di akhirat dengan siksaan pedih? Ataukah kita memilih tidak mendapatkan bonus, sehingga kita tetap aman dari musibah tersebut? Ataukah kita menggunakan uang bonus tersebut di jalan Allah?

Selama ini banyak kalangan yang salah mengartikan bahwa musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga. Kesenangan ataupun nikmat yang kita alami akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Begitu pula dengan setiap karunia yang kita dapatkan, seperti berwajah rupawan, harta yang berlimpah tanpa perlu bekerja keras, memiliki kemampuan di atas manusia normal, dan lain sebagainya. Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.

(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?(3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S.29/ Al-‘Ankabut: 2-3)

Dari kedua surat diatas, maka dapat dipastikan bahwa seluruh manusia di muka bumi ini pasti akan mengalami musibah dari Allah SWT, baik itu berupa kesusahan maupun kesenangan. Sebagai penjabaran dari sifat Allah Ar Rahman yaitu Maha Mengasihi seluruh mahlukNya, baik yang muslim atau bukan. Dan Ar Rahim atau Maha Menyayangi mahlukNya dengan balasan surga yang abadi.

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Q.S.47/ Muhammad: 36)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hot Info !!!

Dapatkan Buku ini secara gratis dengan tanda tangan pengarang eksklusif untuk Anda !!!

Caranya: Silahkan Curhat tentang musibah yang sedang menimpa Anda atau teman Anda di Buku Tamu tepat di samping kanan. Kemudian sebutkan alasan mengapa Anda layak mendapatkan buku ini.

Pengirim terbaik akan mendapatkan Buku Gratis "Mutiara Dibalik Musibah, Perjalanan Mencari Cinta yang Hanya untuk Allah".

Tanya Mbah Gugel

Buku tamu: Testimonial dan Curhat di sini

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP