"Seekor kerang mutiara akan menjadi kerang yang tak memiliki nilai apa pun bila tak ada mutiara di dalam cangkangnya. Tahukah bagaimana caranya seekor kerang dapat menghasilkan sebutir mutiara yang indah? Di dalam cangkangnya yang keras dipaksakan masuk sebuah benda asing untuk mengganggunya. Bagi sang kerang, benda asing itu menyebabkan iritasi dan rasa sakit. Begitu pula musibah yang menimpa manusia, semakin berat musibah yang menimpanya kelak akan menghasilkan mutiara yang semakin besar dan indah pula. Kesabaran itu pahit untuk dikecap tapi kelak akan membuahkan keindahan yang tak ternilai."

Kaizen Sabar

>> Sabtu, 25 Juli 2009

KAIZEN SABAR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pedoman menjadikan dunia sebagai budak Anda menuju akhirat




Kai (改) berarti perubahan, sedangkan zen (善) berarti baik. Kaizen adalah berusaha untuk melakukan perbaikan secara kontinyu di seluruh aspek kehidupan manusia. Perbedaan dengan kaizen sabar adalah pada kaizen sabar hanya memfokuskan kepada ketetapan Allah SWT. Sebenarnya siklus kaizen sabar sudah ada pada saat kita melaksanakan kesabaran sesuai dengan syariat Islam. Jadi siklus ini bukanlah siklus yang baru dalam kehidupan kaum muslim yang takwa kepada Allah. Siklus ini pula bukan berasal dari Jepang atau masuknya budaya-budaya asing ke dalam ajaran syariat. Namun karena di Jepang juga mengenal filosofi perbaikan yang kontinyu yang mereka sebut kaizen, maka penulis meminjam istilah kaizen dengan menambahkan kata “sabar” untuk menjadi pembeda keduanya.


Segalanya berawal pada qodha dan qodar

Apakah kita memiliki sifat yang kurang terpuji yang tidak sesuai dengan syariat? Apakah kita mendapat musibah yang menyakitkan? Apakah kita sedang mengalami penurunan dalam usaha? Dan lain sebagainya, semuanya ada pada siklus tersebut pada tahapan qodha dan qodar. Sifat yang kurang terpuji (maksiat) akan menjadi haram untuk kita ridhoi keberadaannya, maka dengan usaha secara lahir kita harus berusaha menghilangkan sifat buruk tersebut. Bila kecanduan narkoba maka kita harus berusaha secara lahir untuk menghentikannya. Kemudian usaha lahir tersebut harus dibarengi dengan usaha secara batin, yaitu berdoa untuk dikuatkan oleh Allah agar dapat menjauhi larangan-Nya. Lakukan usaha secara lahir maupun batin dengan ikhlas untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah.

Begitu pula bila kita mengalami musibah, maka sunnah hukumnya untuk ridho terhadap musibah yang kita hadapi. Namun wajib hukumnya untuk bersabar atas ketetapan Allah. Lakukan usaha lahiriah dalam mengahadapi musibah tersebut dan jangan lupa berdoa kepada Allah untuk diberi kekuatan menghadapi musibah dan kemampuan untuk bersyukur pada seluruh ketetapan-Nya.

Disaat kita mengalami penurunan dalam hasil usaha kita, maka ini menjadi kewajiban syariat. Karena mencari penghidupan di bumi secara halal adalah suatu kewajiban manusia. Gunakan usaha secara lahir untuk mengetahui penyebab utama penurunan hasil usaha kita dan berusaha secara pintar dan giat untuk mengatasi hal tersebut. Jangan lupa berdoa untuk memohon kemudahan dalam mencari rezeki-Nya. Lakukan dengan ikhlas lillahi ta’ala. Lakukan perbuatan lahir dan batin hanya untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah.

Bagaimana bila hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan?

Ini akan kembali menuju tahapan qodha dan qodhar. Bila kita belum mampu menghentikan sifat yang kurang terpuji, maka berusahalah terus jangan pernah berhenti untuk berusaha secara lahir dan batin. Perbanyak istighfar untuk memohon pengampunan-Nya. Tak kenal lelah dalam berjuang walau gagal berkali-kali lebih baik dari pada berputus asa kepada rahmat dan ampunan-Nya. Inilah mengapa dinamakan kaizen sabar, karena usaha harus kita lakukan terus dan terus hingga nyawa kita sudah sampai di tenggorokan. Inilah yang dinamakan sabar dalam menjauhi larangan-Nya.

Bila musibah belum dapat kita atasi, maka baca ulang buku ini dari awal agar selalu sabar dan dapat bersyukur menghadapi musibah. Bayangkan balasan Allah yang indah di akhirat atas seluruh kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi. Jangan pernah menyerah dan lakukan untuk Allah, karena Allah, dan demi Allah. Jangan berfokus pada hasil yang berupa materi tapi berfokuslah pada peningkatan iman Anda. Ingatlah Allah tak akan meninggalkan Anda walau sedetikpun. Inilah yang dinamakan sabar dalam menghadapi musibah.

Bila usaha belum mengalami kemajuan, maka jangan pernah menyerah. Cari tahu apa yang menjadi kegagalan Anda dan berusahalah secara lahir dan batin untuk mengatasi kegagalan menjadi keberhasilan. Gunakan ibadah-ibadah sunnah selain ibadah wajib untuk lebih mendekatkan diri Anda kepada Allah. Mulai dari shalat sunnah rawatib, duha, tahajud dan lainnya. Sedekah dan zakat hingga umrah bila mampu. Gunakan sabar sebagai pedang untuk kemenangan dunia dan akhirat. Inilah yang dinamakan sabar dalam beribadah

Kemudian selanjutnya tak jarang Anda akan mendapatkan qodha dan qodar yang baru, atau bahkan berjalan paralel di saat Anda baru mencapai salah satu tahap kaizen sabar. Maka qodha dan qodar baru tersebut akan memulai siklusnya yang lain.

Sifat zuhud dan Istiqomah yang menggerakkan sabar

Jadikan dunia sebagai budakmu, jangan pernah mau diperbudak oleh dunia. Jadikan dunia sebagai kendaraan menuju surga, jangan pernah mau untuk dikendarai dunia menuju neraka. Carilah rizki sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat, karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Zuhud tidaklah melulu diidentikkan dengan hidup dalam kemiskinan. Zuhud adalah menjaga hati agar tidak tertawan oleh nafsu duniawi. Kekayaan dan kebahagiaan letaknya di hati dan keduniawian tidak menjamin Anda kaya dan bahagia di dunia.

kemudian istiqomah akan menjadi semangat utama agar kita meneruskan sifat sabar ini hingga maut memisahkan kita. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)


Read more...

Bersyukur karena musibah I


Bersyukur Karena Musibah I

Beberapa dari pembaca pasti akan mengerutkan dahinya ketika membaca topik ini. Bagaimana mungkin manusia dapat bersyukur karena musibah bencana yang ia hadapi ?

(11) Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Q.S.22/ Al Hajj: 11)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa, “Datangnya musibah-musibah adalah nikmat. Karena bencana menjadi sebab untuk dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran, sehingga orang yang tertimpa musibah dan tetap bersabar akan mendapatkan pahala”. Bukankah hal tersebut adalah nikmat yang paling agung ? Maka musibah bencana adalah rahmat Allah yang paling agung kepada mahluk-Nya, kecuali apabila orang yang tertimpa musibah tersebut justru terjerumus kepada kemaksiatan. Apabila hal tersebut terjadi kepadanya maka itu akan menjadi keburukan baginya.

Empat tingkatan orang yang mendapat bencana

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan, bahwa ada empat tingkatan orang ketika menghadapi musibah:


Tingkatan pertama: marah

Tingkatan marah ini meliputi tiga keadaan: 1. Ia menyimpan perasaan marah di dalam hati kepada Allah. Sehingga dia pun marah kepada apa yang ditetapkan Allah kepada dirinya. Hal ini adalah haram bahkan bisa menjerumuskan kepada kekafiran. 2. Kemarahan diekspresikan dengan ucapan. Seperti mendoakan kecelakaan dan kebinasaan, atau ucapan semacamnya. Hal seperti ini juga haram hukumnya. 3. Kemarahannya sampai meluap-luap sehingga terekspresikan dengan tindakan anggota badan. Seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek pakaian. Mencabuti rambut dan perbuatan semacamnya. Perbuatan ini haram hukumnya dan meniadakan sifat sabar yang wajib ada.

Tingkatan kedua: bersabar
Walaupun musibah yang ia terima teramat berat, namun orang tersebut masih bisa bersabar dan tabah dalam menanggungnya. Dia merasa tidak senang atas musibah yang terjadi terhadap dirinya. Tapi imannya masih dapat menjaganya untuk tidak marah. Terjadinya musibah tersebut dengan tidak terjadinya musibah masih terdapat perbedaan baginya. Ini adalah tingkatan yang wajib. Sebab Allah SWT telah memerintahkan untuk bersabar.

Tingkatan ketiga: merasa ridho
Perbedaan yang mendasar antara tingkatan ketiga ini dibanding tingkatan kedua adalah pada tingkatan ini, ada atau tidak adanya musibah betapapun beratnya bagi orang yang mengalaminya adalah sama saja. Orang tersebut ridho terhadap musibah yang menimpanya. Ia merasa yakin kepada Allah bahwa musibah yang diturunkan kepadanya adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sehingga ada atau tidak adanya musibah tidak ada bedanya bagi orang tersebut

Tingkatan keempat: bersyukur
Ini adalah tingkatan tertinggi. Ia justru bersyukur kepada Allah atas terjadinya musibah yang menimpanya. Orang tersebut menyadari, seberapapun ringan atau beratnya musibah adalah faktor bagi terhapusnya dosa-dosa yang pernah ia lakukan. Bahkan terkadang bisa menjadi sumber penambah amal kebaikan.

Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh dalam Syarah Arba’in An-Nawawi pun mengungkapkan hal yang sama. Beliau mengatakan bahwa ketika tertimpa musibah, di samping wajib untuk bersabar, juga disunahkan untuk ridho bahkan jika mampu, bersyukur.
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)




Read more...

Sebab terjadi musibah


Sebab Terjadinya Musibah




Setiap musibah berupa bencana yang menimpa kaum muslimin pada dasarnya dikarenakan oleh kedua hal diatas. Pertama, sebagai penghapusan dosa dan menambah amal ibadah bila kita bersabar atas musibah tersebut. Kedua, sebagai ujian kenaikan derajat di mata Allah. Setiap kali menghadapi musibah berupa bencana, kita juga harus terus memperbaiki diri dan berintrospeksi mengenai kesalahan-kesalah kita dimasa lalu dan berusaha dengan sabar untuk memperbaikinya. Karena setiap musibah yang terjadi dikarenakan oleh perbuatan-perbuatan diri kita sendiri.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah mema'afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S.42/ Asy-Syura: 30)

Sedangkan musibah berupa bencana yang dialami kaum musyrikin adalah azab dari Allah atas pembangkangannya terhadap ayat-ayat Allah. Sebagaimana terjadi pada kaum Nabi Luth, ditenggelamkannya kaum Nabi Musa, kekalahan pasukan kaum musyrikin atas pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW dan lain sebagainya. Azab yang diturunkan Allah kepada kaum musyrikin tidak mengurangi apapun dari dosa mereka. Dan mereka inilah yang termasuk dalam golongan manusia yang hidup dalam kesia-siaan.

Janganlah kita patah hati dan mengatakan bahwa bencana yang menimpa diri kita saat ini adalah azab atau hukuman dari Allah. Bila kita pernah melakukan dosa yang tak semestinya kita lakukan, maka bertaubatlah. Lebih baik kita segera melakukan amal ibadah yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dari pada terus menurus berduka berputus asa tanpa melakukan apapun. Perbanyaklah beristighfar dan berdzikir kepada Allah. Karena bencana yang menimpa kita, Insya Allah dapat mengurangi dosa-dosa kita kelak di akhirat. Kemudian, bila kita mampu maka bersyukurlah, dan percaya bahwa apa yang terjadi pada diri kita saat ini adalah hal terbaik menurut-Nya walau penulis tahu, hal tersebut sangatlah berat.

Sesungguhnya musibah yang terberat adalah terputusnya hubungan manusia dangan Allah yang disebabkan oleh murtad. Karena menyebabkan hilangnya seluruh amal ibadah dan termasuk dosa yang tidak dapat terampuni.


Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (Q.S. 41/ Al Fushshilat: 46)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Zuhud


Pedoman hidup zuhud


Hiduplah di dunia seperti layaknya orang asing atau pengembara. Ambilah secukupnya sebagai bekal menuju kampung halaman kita yaitu Surga. Carilah rizki yang halal dan cukup untuk menghidupi keluargamu dan gunakan selebihnya untuk beramal di jalan Allah. Gunakan dunia sebagai budak atau kendaraan kita dalam mencari bekal akhirat. Janganlah justru kita yang diperbudak oleh dunia atau dunia yang “mengendarai” nafsu kita. Mengejar dan memperebutkan nikmat dunia yang secuil hanya membuat hidup selalu penuh dengan rasa waswas dan pertengkaran. Bersikap zuhud bukan berarti setiap kaum muslim harus hidup dalam kemiskinan.

Bersikap zuhud bukan berarti menggunakan seluruh waktunya untuk berdoa tanpa berusaha. Pengertian zuhud sesungguhnya adalah bila hati manusia tidak tertawan oleh nafsu dunia. Orang yang kaya raya dapat tetap zuhud selama harta dan seluruh kekayaannya tidak menyita dirinya dari Allah SWT. Sebagaimana zuhudnya Nabi Sulaiman AS yang tetap berpegang teguh terhadap perintah Allah. Sedangkan orang yang miskin belum tentu dapat hidup zuhud selama hatinya masih selalu tertawan oleh nikmat dunia.


Bahkan orang paling kaya raya atau orang terkuat sedunia pun tak dapat menghindar bila Malaikat Izroil telah datang menjemputnya. Kepopuleran, gelar kehormatan, kekayaan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan, kerupawanan, dan lain sebagainya tak kan dapat menolong manusia dalam ketentuan Allah. Ketentuan berupa balasan di akhirat yang berlaku selama-lamanya. Yaa… selama-lamanya, bukan 80 tahun atau 100 tahun. Bukan 1000 tahun atau 10.000 tahun. Bukan sejuta tahun, semilyard tahun, atau setrilyun tahun. Tapi selama-lamanya.

Bagi orang yang pernah dikecewakan oleh dunia, terkadang mereka mengungkapkan kemarahan dengan mengucapkan “Tuhan tidak adil”. Boleh jadi Anda telah bekerja sekuat tenaga dan selalu shalat dan berdoa dengan tekun. Namun tetap saja keinginan Anda tidak dipenuhi-Nya. Beristighfarlah karena Allah sedang menguji Anda. Bisa jadi doa Anda ditunda untuk dibalas di akhirat dengan balasan yang ribuan kali lebih baik dari permintaan itu. Bisa jadi doa Anda diganti untuk mencegah Anda mengalami takdir yang sangat buruk. Ingatlah ! Allah adalah pemilikmu, Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada, dan Pemilik berkuasa penuh atas apa yang Dia miliki. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Allah memang tidak adil. Yaa… tulisan tadi memang benar adanya. Allah tidak adil sebagaimana konsep “adil” menurut logika manusia. Buktinya adalah, bagaimana mungkin manusia yang selama hidupnya ia gunakan untuk mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya mendapatkan balasan surga selama-lamanya? Seharusnya bila Allah itu adil menurut konsep “adil” manusia, orang tersebut cukup mendapatkan surga selama masa hidupnya saja, bisa 50 tahun, 80 tahun atau paling lama 100 tahun. Kemudian rohnya dimatikan saja. Tetapi Allah justru memberikan balasan kepada orang tersebut dengan balasan yang tak terbatas waktunya, melebihi semilyard tahun bahkan melebihi setrilyun tahun. Contoh kedua adalah apabila seseorang ibu melahirkan anak yang kemudian anak tersebut meninggal, maka anak tersebut pun menjadi calon penghuni surga. Bila kedua orang tuanya merelakan kematian anaknya maka keduanya pun menjadi calon penghuni surga pula. Lihatlah betapa pemurah-Nya Allah terhadap hamba-Nya. Contoh lainnya adalah banyaknya amal perbuatan yang mendapatkan pahala yang besar seperti berzikir. Apalah susahnya berzikir dibanding pekerjaan mengangkat batu besar atau menggali lubang. Seharusnya kalau Allah itu adil menurut konsep “adil”-nya manusia, orang tersebut pun hanya mendapat balasan seperti apa yang hamba tersebut perbuat kepada-Nya.

Allah Azza wa Jalla memiliki sifat Ar Rahim, menyayangi umat-Nya. Allah tidak kikir sebagaimana kaum kapitalis merancang dasar-dasar ekonomi dunia.

"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S.55/ Ar-Rahman: 13)

Manusia akan memperoleh balasan terhadap seluruh amal mereka semasa hidupnya. Apakah di dunia mereka patuh terhadap perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, atau justru mengkufuri-Nya. Apakah mereka ridho dan bersabar atas segala yang menjadi qodha dan qodar-Nya. (http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hakikat dari Musibah

Hakikat Musibah

Musibah berasal dari bahasa Arab, yaitu ashooba, yashiibu, mushiibatan (مُصِيبَةًَ) yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Mushiibatan (مُصِيبَةًَ), mengandung isim masdar, jadi arti sesungguhnya adalah “tertimpa”, dapat tertimpa hal yang buruk, ataupun tertimpa hal yang baik. Namun pada umumnya kita hanya menganggap musibah adalah “tertimpa hal yang buruk saja”.

Dalam bahasa Indonesia pun terjadi pengurangan arti kata “musibah”, yang membuat maknanya hanya tertimpa hal yang buruk saja. Berikut ini adalah arti kata “musibah” dalam dua kamus bahasa Indonesia.

· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka, musibah diartikan: 1. kejadian (peristiwa) menyedihkan yg menimpa: dia mendapat -- yg beruntun, setelah ibunya meninggal, dia sendiri sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit; 2. malapetaka; bencana: -- banjir itu datang dengan tiba-tiba.

·Begitu pula menurut buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang disusun oleh Budiono MA, penerbit Karya Agung Surabaya. Musibah adalah celaka, bencana, malapetaka, tulah.

Musibah adalah bentuk ujian dari Allah, dapat berupa hal yang baik ataupun yang buruk. Namun perlu kita pahami bahwa definisi hal baik dan hal buruk adalah berasal dari logika manusia. Hal yang baik dan buruk menurut manusia bukanlah hal yang mutlak, terkadang lebih ke problema “rasa” saja. Beberapa ulama mengatakan bahwa buruknya takdir hanya dilihat dari sisi mahluk saja, sedangkan ditinjau dari Sang Pencipta Takdir, semua takdir adalah baik.

Akal manusia selalu mengaitkan keburukan dengan kehilangan sesuatu yang dimiliki, namun manusia terkadang lupa bahwa kita hanya meminjam milik-Nya, termasuk diantaranya roh dan jasad kita.

Alam bawah sadar manusia cenderung mendefinisikan sendiri makna musibah yang berupa bencana dan nikmat.Suatu hal akan kita anggap bencana bila ekspektasi atau harapan melebihi dari kenyataan yang terjadi. Sedangkan sesuatu hal akan kita anggap sebagai nikmat bila kenyataan melebihi atau sama dengan harapan yang kita inginkan.

Bagaimana akal manusia mendeskripsikan bencana dan nikmat:

Bencana adalah Apa yang kita harapkan lebih besar dari Kenyataan

Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan

Contoh lain adalah bila kita telah bekerja kemudian di penghujung bulan disaat kita mendapatkan bonus yang tidak disangka-sangka atau melebihi dari harapan yang kita miliki. Maka kita pun langsung menganggap hal tersebut adalah nikmat. Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan.

Manusia terkadang lupa, apakah hal yang menurut akalnya adalah yang terbaik, sesuai dengan apa yang menurut Allah terbaik bagi hamba-Nya? Ingatlah bahwa ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibanding dengan ilmu Allah SWT. Bagaimana bila Allah membiarkan rencana tamasya bersama keluarga kita dapat terlaksana, namun kemudian kita mengalami kecelakaan dalam perjalanan yang justru berakibat lebih fatal? Atau bagaimana bila kita mendapatkan bonus besar dari bos, namun uang yang kita dapatkan dihabiskan untuk bermaksiat? Manakah yang lebih baik? Menghabiskan uang bonus dengan bermaksiat kemudian dosa tersebut harus kita tanggung di akhirat dengan siksaan pedih? Ataukah kita memilih tidak mendapatkan bonus, sehingga kita tetap aman dari musibah tersebut? Ataukah kita menggunakan uang bonus tersebut di jalan Allah?

Selama ini banyak kalangan yang salah mengartikan bahwa musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga. Kesenangan ataupun nikmat yang kita alami akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Begitu pula dengan setiap karunia yang kita dapatkan, seperti berwajah rupawan, harta yang berlimpah tanpa perlu bekerja keras, memiliki kemampuan di atas manusia normal, dan lain sebagainya. Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.

(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?(3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S.29/ Al-‘Ankabut: 2-3)

Dari kedua surat diatas, maka dapat dipastikan bahwa seluruh manusia di muka bumi ini pasti akan mengalami musibah dari Allah SWT, baik itu berupa kesusahan maupun kesenangan. Sebagai penjabaran dari sifat Allah Ar Rahman yaitu Maha Mengasihi seluruh mahlukNya, baik yang muslim atau bukan. Dan Ar Rahim atau Maha Menyayangi mahlukNya dengan balasan surga yang abadi.

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Q.S.47/ Muhammad: 36)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)

Read more...

Hot Info !!!

Dapatkan Buku ini secara gratis dengan tanda tangan pengarang eksklusif untuk Anda !!!

Caranya: Silahkan Curhat tentang musibah yang sedang menimpa Anda atau teman Anda di Buku Tamu tepat di samping kanan. Kemudian sebutkan alasan mengapa Anda layak mendapatkan buku ini.

Pengirim terbaik akan mendapatkan Buku Gratis "Mutiara Dibalik Musibah, Perjalanan Mencari Cinta yang Hanya untuk Allah".

Tanya Mbah Gugel

Buku tamu: Testimonial dan Curhat di sini

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP