Hakikat dari Musibah
>> Sabtu, 25 Juli 2009
Hakikat Musibah
Musibah berasal dari bahasa Arab, yaitu ashooba, yashiibu, mushiibatan (مُصِيبَةًَ) yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu baik berupa kesenangan maupun kesusahan. Mushiibatan (مُصِيبَةًَ), mengandung isim masdar, jadi arti sesungguhnya adalah “tertimpa”, dapat tertimpa hal yang buruk, ataupun tertimpa hal yang baik. Namun pada umumnya kita hanya menganggap musibah adalah “tertimpa hal yang buruk saja”.
Dalam bahasa Indonesia pun terjadi pengurangan arti kata “musibah”, yang membuat maknanya hanya tertimpa hal yang buruk saja. Berikut ini adalah arti kata “musibah” dalam dua kamus bahasa Indonesia.
· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Balai Pustaka, musibah diartikan: 1. kejadian (peristiwa) menyedihkan yg menimpa: dia mendapat -- yg beruntun, setelah ibunya meninggal, dia sendiri sakit sehingga harus dirawat di rumah sakit; 2. malapetaka; bencana: -- banjir itu datang dengan tiba-tiba.
·Begitu pula menurut buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang disusun oleh Budiono MA, penerbit Karya Agung Surabaya. Musibah adalah celaka, bencana, malapetaka, tulah.
Musibah adalah bentuk ujian dari Allah, dapat berupa hal yang baik ataupun yang buruk. Namun perlu kita pahami bahwa definisi hal baik dan hal buruk adalah berasal dari logika manusia. Hal yang baik dan buruk menurut manusia bukanlah hal yang mutlak, terkadang lebih ke problema “rasa” saja. Beberapa ulama mengatakan bahwa buruknya takdir hanya dilihat dari sisi mahluk saja, sedangkan ditinjau dari Sang Pencipta Takdir, semua takdir adalah baik.
Akal manusia selalu mengaitkan keburukan dengan kehilangan sesuatu yang dimiliki, namun manusia terkadang lupa bahwa kita hanya meminjam milik-Nya, termasuk diantaranya roh dan jasad kita.
Alam bawah sadar manusia cenderung mendefinisikan sendiri makna musibah yang berupa bencana dan nikmat.Suatu hal akan kita anggap bencana bila ekspektasi atau harapan melebihi dari kenyataan yang terjadi. Sedangkan sesuatu hal akan kita anggap sebagai nikmat bila kenyataan melebihi atau sama dengan harapan yang kita inginkan.
Bagaimana akal manusia mendeskripsikan bencana dan nikmat:
Bencana adalah Apa yang kita harapkan lebih besar dari Kenyataan
Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan
Contoh lain adalah bila kita telah bekerja kemudian di penghujung bulan disaat kita mendapatkan bonus yang tidak disangka-sangka atau melebihi dari harapan yang kita miliki. Maka kita pun langsung menganggap hal tersebut adalah nikmat. Nikmat adalah Apa yang kita harapkan lebih kecil atau sama dengan Kenyataan.
Manusia terkadang lupa, apakah hal yang menurut akalnya adalah yang terbaik, sesuai dengan apa yang menurut Allah terbaik bagi hamba-Nya? Ingatlah bahwa ilmu manusia tidak ada apa-apanya dibanding dengan ilmu Allah SWT. Bagaimana bila Allah membiarkan rencana tamasya bersama keluarga kita dapat terlaksana, namun kemudian kita mengalami kecelakaan dalam perjalanan yang justru berakibat lebih fatal? Atau bagaimana bila kita mendapatkan bonus besar dari bos, namun uang yang kita dapatkan dihabiskan untuk bermaksiat? Manakah yang lebih baik? Menghabiskan uang bonus dengan bermaksiat kemudian dosa tersebut harus kita tanggung di akhirat dengan siksaan pedih? Ataukah kita memilih tidak mendapatkan bonus, sehingga kita tetap aman dari musibah tersebut? Ataukah kita menggunakan uang bonus tersebut di jalan Allah?
Selama ini banyak kalangan yang salah mengartikan bahwa musibah selalu identik dengan kesusahan. Padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya musibah juga. Kesenangan ataupun nikmat yang kita alami akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Begitu pula dengan setiap karunia yang kita dapatkan, seperti berwajah rupawan, harta yang berlimpah tanpa perlu bekerja keras, memiliki kemampuan di atas manusia normal, dan lain sebagainya. Dengan musibah, Allah SWT hendak menguji siapa yang paling baik amalnya.
(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?(3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S.29/ Al-‘Ankabut: 2-3)
Dari kedua surat diatas, maka dapat dipastikan bahwa seluruh manusia di muka bumi ini pasti akan mengalami musibah dari Allah SWT, baik itu berupa kesusahan maupun kesenangan. Sebagai penjabaran dari sifat Allah Ar Rahman yaitu Maha Mengasihi seluruh mahlukNya, baik yang muslim atau bukan. Dan Ar Rahim atau Maha Menyayangi mahlukNya dengan balasan surga yang abadi.
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Q.S.47/ Muhammad: 36)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)
2 komentar:
ass..akh sukran ya artikenya da buat ana tenang soalnya baru aja ana dapat musibah kehilangan laptop ana pas mau sidang bahanya masi di sana lagi.tapi ana yak ini semua akan ada hikmana.
maka kecelakaanlah bagi orang yang kafir, sebab hanya lahirnya saja yg tampak beriman tapi bathinnya masih kafir. Karena musibah/bencana yg menimpa manusia disebabkan kesalahan manusia itu sendiri....
Posting Komentar